Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Panggung Sepanjang Gang

13 Juli 2020   21:31 Diperbarui: 13 Juli 2020   21:23 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Gambar oleh Francesco Ungaro/ Pexels. 

Keriuhan pagi, pesta sebenarnya dimulai, di suatu tempat, yang dinas tata kota tak mencatat 

Penjual nasi uduk, pedagang sayur, pedagang bubur ayam, juga tukang ojek; Ibu-ibu berkumpul 

Ini pusat cerita kaum marjinal, jauh dari pusat kuasa tak kan dikenal 

Jangan ditanya Presiden pidato bagaimana, menteri berbuat apa, dan rupiah terjun di angka berapa 

Ini panggung sederhana, tempat putaran uang tak seberapa, tempat cerita yang biasa-biasa saja. Bicara drama Korea yang makin menggoda, tentang istri yang tabah luar biasa di sinetron yang mengada-ada. Dan, "Eh, sudah tahu, belum? Dengar-dengar, anak Bu Jenah mau kawin. Kok, mendadak. Jangan-jangan bunting duluan. Jangan ngomong-ngomong, ini rahasia."

Menjelang siang panggung bubar. Besok disambung lagi, dengan cerita yang mungkin berbeda 

***

Cilegon, Juli 2020. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun