Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sepanjang Jalan Puisi

14 Juni 2020   05:51 Diperbarui: 14 Juni 2020   05:47 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Gambar oleh Flora Westbrook/ Pexels 

Tersebutlah puisi, makna di sebuah kata, bermukim di balik bukit, rerimbunan perdu, bunga-bunga, pokok-pokok kayu, sungai dari mata air yang jernih, mengalir sepenuh puisi, memecah di bebatuan, sepenuh cinta, cinta seperti kicau burung-burung menyambut pagi, menjemput matahari yang sinarnya menyembul di antara nyanyian, menyusuri lembut di hamparan sabana, bunga-bunga bermekaran warna-warni, lebah yang menghisap nektar, kupu-kupu dengan sayap pelangi 

Ada pula kota-kota, berpuisi tanpa majas, pada jalanan dengan aspal yang mengelupas, gedung-gedung berdiri sunyi, tugu-tugu ragu mengucapkan selamat datang, kepada orang-orang yang bertaruh di lapak-lapak kehidupan,  nantilah dihitung, apakah keluar menjadi pemenang, atau bahan tertawaan sebagai pecundang 

Televisi yang jarang menyala, karena berisi orang-orang aneh bersalin rupa

Keramaian yang mati

Demikianlah 

***

Cilegon, Juni 2020. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun