Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Para Petugas Medis Mogok

20 Mei 2020   00:47 Diperbarui: 20 Mei 2020   01:04 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber Instagram dr. Tirta/ diambil dari Tribun Kaltim.co

Ini bukan republik bebal, peraturan dibuat bukan sekadar kumpulan pasal-pasal, tapi untuk mencegah jangan sampai ada kuburan massal, karena virus corona tak memilih dari mana kita  berasal 

Begitu hebatkah warung cepat saji, hingga kalian meratapi saat mereka angkat kaki, hingga melanggar aturan batas diri, berfoto-selfie, menandatangani. Jangan-jangan itu mencatatkan nama untuk bunuh diri 

Cobalah melihat dengan hati yang terbuka, para petugas medis bekerja meninggalkan keluarga. Bekerja di garis pertama. Tak sedikit ada yang kehilangan nyawa, tapi kita seperti meremehkan, tertawa, berkumpul di ruang terbuka 

Sempatkah kita berpikir, kalau mereka mogok tak mau kerja 

Apakah salah kalau mereka marah, menulis huruf-huruf sedih, sesak nafas, geram dan naik darah  *) 

Indonesia terserah! 

***

Cilegon, Mei 2020. 

Catatan. 

*)  frasa ini mengutip larik puisi karya Taufik Ismail, Sejarum Peniti, Sepinggang Gunung. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun