Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Buruh Gugat

1 Mei 2020   21:01 Diperbarui: 1 Mei 2020   21:15 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Gambar oleh Akbar Bhayu Tamtomo / Kompas.com

Apa yang dapat dibaca dari kami, habis hidup hanya untuk dibakar mesin industri, agar tetap menyala periuk nasi, dan setelah tak ada tenaga kami diusir pergi tak peduli, atau sedikit dapat remah roti, menjadi bahan eksploitasi pada pemilu nanti

Apa ada yang mendengar suara kami, sudah pecah pita suara, tapi tak bisa menembus telinga para penguasa 

Apa ada yang tahu kami begitu lelah, melihat anak-anak kami yang gamang menapaki gerbang sekolah, sementara bola mata sudah kering, karena air mata habis sudah

Apa yang dapat dikenang dari kami, setiap hari mengukur jalan, paru-paru dihantam polusi, bahkan kami ragu apakah ada yang menangis, saat nama kami tertulis di nisan kubur kami 

***

Cilegon, Mei 2020 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun