Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Menunggu Tanah Basah

16 Oktober 2019   10:08 Diperbarui: 16 Oktober 2019   10:18 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber: Pixabay.com 

Seperti halnya hujan yang selalu dinanti, tanah retak, karena telah lama menunggu basah. Begitu pun harapan-harapan yang nyaris mati, jarum jam enggan berdetak, karena berwaktu-waktu dililit gundah

Mendung berkumpul enggan, jadi tak tahu kapan menurunkan hujan 

Bagaimana kalau hari ini menghidupkan televisi, mendengar pidato-pidato: Pagi menanam padi, sore dapat menikmati nasi. Atau menonton iklan, siapa tahu ada obat penawar untuk mimpi-mimpi yang mati sebelah, tersebab luka yang telah lama menjadi nanah

Atau menonton sinetron, belajar caranya membenci, juga bertengkar 

Atau menyiram bunga milik tetangga. Boleh juga menghitung-hitung uang tak terkira, yang tak pernah kita punya. Atau tak melakukan apa-apa 

Atau, kita bakar saja televisi ini

Sekarang giliranmu yang bercerita 

***

Cilegon, Oktober 2019 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun