Lusy Mariana PasaribuÂ
Ada suatu masa ia ingin menyelami banyak diksi. Maka ia selalu mengejar  pagi bersama matahari. Menari tentang  rindu, cinta, dan segala yang berhubungan dengan romansa anak manusia. "Aku memang perempuan penyair," akunya suatu ketika
Tapi ia bisa membuat pagi menjadi muram. Karena cerlang cinta bisa mendadak padam. Cinta bukan soal wewangian, tapi berkelindan dengan duri yang tajam, membuat gores luka hingga hati remuk-redamÂ
Hidup memang pilihan-pilihan. Kadang kata-kata hanya berkata-kata. Ada beberapa hal yang dapat tersampaikan, tentang apa yang dirasa dan dipikirkan *)Â "Aku hanya perempuan biasa," katanya lagi di lain hariÂ
Rindu, cinta, hati. Aku menanti pagi iniÂ
Lusy!
Cilegon, 2019Â
Catatan.Â
*) = Kalimat ini saya kutip di halaman profil Lusy Mariana Pasaribu.Â