Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kepada Pencinta Cinta

14 Agustus 2019   20:54 Diperbarui: 14 Agustus 2019   21:00 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber : Pixabay.com 

Lusy Mariana Pasaribu 

Ada suatu masa ia ingin menyelami banyak diksi. Maka ia selalu mengejar  pagi bersama matahari. Menari tentang  rindu, cinta, dan segala yang berhubungan dengan romansa anak manusia. "Aku memang perempuan penyair," akunya suatu ketika

Tapi ia bisa membuat pagi menjadi muram. Karena cerlang cinta bisa mendadak padam. Cinta bukan soal wewangian, tapi berkelindan dengan duri yang tajam, membuat gores luka hingga hati remuk-redam 

Hidup memang pilihan-pilihan. Kadang kata-kata hanya berkata-kata. Ada beberapa hal yang dapat tersampaikan, tentang apa yang dirasa dan dipikirkan *) "Aku hanya perempuan biasa," katanya lagi di lain hari 

Rindu, cinta, hati. Aku menanti pagi ini 

Lusy!

Cilegon, 2019 

Catatan. 

*) = Kalimat ini saya kutip di halaman profil Lusy Mariana Pasaribu. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun