Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Sejauh 500 Km Luka, Satu Kata Jaraknya

19 Juni 2019   06:05 Diperbarui: 19 Juni 2019   06:32 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Seharusnya ada ucapan selamat jalan untuk setiap keberangkatan. Agar tak ada yang tertinggal yang nantinya menjadi lamunan. Tapi itu tidak kulakukan. Aku mengantarmu dari kejauhan 

Aku masih melihatmu, memandang ke sekeliling terminal. Mengharapkan kehadiranku dengan kejutan-kejutan nakal. Tapi tidak. Kau mengambil sesuatu, dan mengusap matamu. Kau menangis? 

Awalnya pertengkaran-pertengkaran tak perlu. Aku takut kehilanganmu, sedangkan kau bersikukuh membatu. Heh, Yogya di saat kini berjarak hanya sepelemparan batu, katamu. Dan tentu aku tak dapat mencegahmu

Tiga bulan tak berkabar. Kau pun tak mengirim gambar-gambar. Kau sudah lupa atau kini dadamu berdebar, karena kawan sekampus mengganggumu? Aku terbakar 

Aku mengejarmu ke Yogya. Aku menyergapmu di pintu pagar tempat kosmu ( seperti dulu saat aku menyergap bibirmu di kegelapan. "Kau gila, ini bioskop," bisikmu tertahan. Aku tidak tahu lagi jalan cerita film. Kau sendiri tahu? Kau menjawab dengan pipimu yang memerah dadu, seraya mendaratkan cubitan di perutku) 

Kau terkejut melihatku. Untuk apa jauh-jauh datang ke sini? 

Jauh? "Jakarta - Yogya kini hanya berjarak sepelemparan batu," aku mengutip kata-katamu. Kamu mendengus 

Di warung pinggir jalan aku memesan kopi dan kopi susu. "O, tidak. Satunya diganti teh hangat saja."

Sekarang apa maumu? tanyamu 

"Maaf."

Hanya itu? 

Tidak. Aku Buru-buru, belum mandi juga belum sikat gigi, dan dompetku tertinggal di penginapan."Teh dan kopi ini kamu yang bayar?" 

Kamu melotot. Kulihat lagi matamu yang dulu. Ah, apakah ini sebagai pertanda? 

Cilegon, 2019 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun