Begitu masuk, cahaya merambat naik ke dinding, membentuk ratusan helai perak kecil, dan helaian itu terjalin menjadi gambar.
Foto-foto itu adalah foto orang tuanya. Foto-foto itu menunjukkan Syauki malam saat Ibu dan Ayah menghilang, berulang kali, hingga rasa sakit di dadanya begitu parah hingga dia merasa akan meledak.
Dia mencoba memejamkan mata, tetapi bahkan melalui kelopak mata yang tertutup dia dapat melihat pemandangan yang dilukis bulan. Semuanya berwarna perak, tanpa warna Dewi, tetapi tetap tajam dan nyata. Dia melihat Ibu dan Ayah berjalan menyusuri jalan kota, berpegangan tangan, Dewi dan Syauki tepat di belakang mereka. Dia melihat begal itu melompat keluar dari bayang-bayang. Ia melihat Ibu dipukul dan jatuh ke tanah, kepalanya terbentur trotoar. Dia melihat pisau menembus dada Ayah.
Namun dalam foto-foto itu, Ibu meninggal karena terjatuh, dan Ayah meninggal karena ditusuk.
Itu sama sekali tidak benar.
Bulan telah mencuri orang tua Syauki. Jadi mengapa bulan menggambarkannya dengan gambar-gambar yang tidak pernah terjadi, yang justru menggambarkan hal-hal lain? Syauki merenungkannya selama bermalam-malam sebelum akhirnya menemukan jawabannya.
Bulan tidak ingin dia tahu apa yang telah dilakukannya. Atau sekarang setelah dia tahu, bulan ingin dia melupakannya.
Jawa Barat, 22 Mei 2025
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI