Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Pola Dasar tentang Perjalanan dalam Struktur Lirik Lagu Pop

3 September 2024   07:07 Diperbarui: 3 September 2024   07:14 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Pandangan ketakutan keluarga itu menjelajahi ruang-ruang di belakang mereka, hingga sebuah tabrakan membangunkan mereka dari bahaya di depan. Seekor burung mengintai meneror di antara bayang-bayang. paruhnya yang bengkok menunjuk ke arah mereka.

Irania menggendong dua anak dan berlari sementara Mulyoto memegang anak ketiga mereka di bawah satu lengan. Kapak kayunya yang tidak berguna di tangan lainnya.

Cakar-cakar menggores punggungnya. Satu paruh merobek dedaunan tepat di atas kepalanya.

"Di sini!" panggil Irania, suaranya serak oleh rasa sakit dari luka-lukanya sendiri, dan Mulyoto mendorong melalui semak-semak ke dalam gua yang rendah. Burung itu mencicit penuh amarah dan beralih mengejar mangsa yang lebih mudah.

***

Berputar, tergelincir, terpelintir, meluncur, bersembunyi, berlari. Setiap perjalanan adalah getaran yang sama antara teror dan damai, ketakutan dan penyelamatan.

***

Menghindari burung-burung menjadi tujuan mereka hingga bayang-bayang mengingatkan mereka mengapa mereka harus melarikan diri pada awalnya. Bayang-bayang pohon yang kurus kering menggapai mereka. Irania dan Mulyoto menggumamkan mantra-mantra perlindungan, tetapi sulur-sulur bayangan menggapai melalui celah-celah yang sempit, membelai pikiran mereka, anak-anak mereka.

Di sebuah reruntuhan candi kuno mereka berhenti, membentuk lingkaran. Bayang-bayang senja kala, senjata-senjata musuh mereka yang paling kuat, condong ke atas keluarga yang ketakutan itu.

Sebuah doa dari neneknya, sebuah mantra dari pamannya, bisikan angin yang menyapu bibir anak-anak, dan bayang-bayang itu pun melarikan diri, menjauh. Setidaknya sejenak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun