Marini berjalan hingga ke sebuah pondok kecil dan mengetuk pintu.
"Saya harus datang dan mengucapkan terima kasih sekali lagi. Jika bukan karena Anda, anak saya pasti sudah meninggal sekarang."
Poniran berdiri di ambang pintu dan menatap wanita yang tampak lelah itu. Dia mendorong bocah itu ke samping saat ban depan sebuah mobil yang melaju kencang pecah, menyebabkan kendaraan tersebut tidak terkendali.
"Ibu tidak perlu terus-terusan berterima kasih kepada saya. Saya hanya melakukan apa yang dilakukan kebanyakan orang."
"Oh, tidak. Tidak banyak yang mau mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkan orang lain."
Tiba-tiba ada butir air mata di pipi Marini.
"Saya belum memberitahu orang lain, tapi minggu lalu dokter mengatakan bahwa Idang hanya punya waktu enam bulan untuk hidup. Anda mengembalikan nyawanya hari ini, dan betapa saya berharap Anda bisa melakukannya lagi. Andai Anda bisa. Menurut Anda, apakah...?" Marini membiarkan pertanyaannya menggantung.
"Tidak, Bu, maafkan saya." Itu adalah satu-satunya hal yang terpikir oleh Poniran untuk diucapkan, ketika Marini berbalik dan mulai berjalan kembali ke kota, pulang ke putranya.
Cikarang, 2 Juli 2024