Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

CMP 108: Sisi Lain Jendela Kaca

3 September 2023   09:00 Diperbarui: 3 September 2023   09:07 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Hari Minggu pertama setiap bulan, dan wanita itu memasuki restoran melalui pintu putar. Kerumunan makan siang telah tiba. Hiruk pikuk di ruangan itu mengingatkannya mengapa dia dan suaminya selalu lebih suka makan di luar.

"Meja untuk satu orang," katanya sambil meraba-raba liontin emas yang tergantung di kalungnya.

"Lewat sini, Bu. Meja Anda sudah siap."

Dia duduk di teras, di bawah payung. Akan selalu menjadi meja mereka. Toni, pramusaji, membawakannya minuman yang biasa dan memberinya waktu sejenak untuk melihat menu, meskipun dia tahu apa yang akan dia pesan. Dia menyesap mimosanya, sedikit tenang karena mengetahui ini akan menjadi yang terakhir kalinya.

"Sudah ingin memesan?"

"Oh, kamu kenal aku, Ton. Semuanya terlihat enak. Tapi, aku pikir aku akan tetap memesan seperti biasa."

"Saya sudah menduganya. Salad Anda akan segera datang. Bolehkah saya menambah minuman?"

"Ya, tentu. Akan sangat menyenangkan."

James menghilang di balik dinding kaca ketika wanita itu meraih ke pangkuannya dan membuka dompetnya untuk mengambil obatnya.

Matahari menyinari botol obat berlapis nikel dan cahayanya terpantul di bagian bawah payung. Dia menyentuh baja itu, lalu menutup dompetnya dan mengambil obatnya. Saat dia menghabiskan pil terakhirnya, Toni muncul dengan salad dan gelas sampanye berisi mimosa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun