Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Nggak Gampang "Hidup" sebagai Zombie (Tiga Belas)

31 Maret 2023   22:30 Diperbarui: 31 Maret 2023   22:39 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

SEBELUMNYA....

Akhir-akhir ini Gogon sering berpikir. Tidak hanya memproses informasi, tetapi juga merenungkannya, menyaringnya, menyatukan beberapa hal. Dia sudah cukup mengalami apa yang dia sebut 'dunia manusia' untuk membuat beberapa kesimpulan umum.

Ada banyak kegiatan di antara mereka. Manusia adalah makhluk yang sangat sibuk. Ada energi, sebagian kegembiraan, sebagian ketakutan, perasaan campur aduk antara bahaya dan kehati-hatian, bising dan cahaya.

Dia sangat sensitif terhadap keduanya dan mencoba menjauh dari sumber mereka. Saat dia menjelajah lebih jauh ke kota, dia menemukan lebih sedikit tempat aman, lebih sedikit semak, pohon, atau ruang kosong. Dia lebih terbuka dan rapuh di luar sana, dan mendapati dirinya bergerak dan bereaksi lebih cepat ketika mobil, truk, atau bus meraung. Ketika orang-orang muncul dari gedung dan kendaraan dan bergegas di jalan mereka. Ketika pesawat muncul melintas entah dari mana. Ketika anjing-anjing bergegas keluar dari  lorong dan menyalak, memamerkan gigi mereka dan menyerangnya.

Anjing-anjing adalah satu-satunya makhluk yang tampaknya memperhatikan kehadirannya. Para pejalan kaki tidak peduli padanya. Mereka mengalir melewatinya, tidak lebih dari sekadar melirik. Pengemudi mobil bahkan tidak melakukan itu. Lebih dari sekali dia nyaris ditabrak.

Gogon memisahkan objek di garis pandangnya antara yang mengancam dan yang tidak. Dia memiliki naluri untuk mempertahankan diri, tetapi itu hanya naluri. Tidak ada emosi untuk itu. Satu-satunya hal yang dia rasakan adalah tenang atau gelisah, dan keduanya hanya ringan saja.

Hal terbaik yang dia sukai adalah berdiri di sepanjang tepi sungai dan menyaksikan air mengalir perlahan. Dia bisa melakukannya selama berjam-jam. Dan di situlah dia ketika Kokom Mariah memutuskan untuk mendekatinya.

Kokom telah mengawasinya beberapa malam terakhir. Selalu dari kejauhan. Selalu tidak terlihat.

Kokom suka melacak orang-orang yang berada di wilayahnya, dan setiap kali ada orang baru tiba, dia memeriksanya, mengukurnya, dan membuat orang itu pergi atau membiarkannya.

Yang satu ini terlalu menarik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun