Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Gelap

23 Maret 2023   14:21 Diperbarui: 23 Maret 2023   14:24 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

aku berharap bisa mengabadikan dengan cemerlang seni jalanan
dari pom bensin tunggal dikerubungi pada semua sudut oleh ratusan kendaraan
keringat mengucur di pelipis para pekerja yang letih
tangan kaku karena berjam-jam menyuntikkan bahan bakar ke dalam mobil dan terkadang jerigen

aku berharap bisa mengabadikan wajah berwarna kecokelatan sawo matang
anak kecil yang masih berkeliaran di jalanan pada senja hari
jerigen di tangan dengan tekad di wajahnya
putus asa demi sepuluh liter bertahan hidup keluarga jualan bapak malam nanti

aku berharap bisa mengabadikan desah resah ibu tunggal yang lelah
menatap jarum isi bahan bakar di titik nol di dashboard mobil
teringat akan lakinya yang menghilang lupa keluarga
pada anak-anak yang hanya bisa dia beri sedikit uang jajan

aku berharap bisa mengabadikan ekspresi terkendali pekerja kerah putih kelas menengah
membaca ramalan cuaca malam gelap mendung dari layar ponsel
pakaian kusut dan air mineral dalam botol untuk diminum
di lain hari anak-anak naik bus umum ke sekolah

aku berharap bisa mengabadikan ekspresi khawatir dari sopir angkot
rasa frustrasi di mata dan kerutan di alisnya
tak yakin akan hari esok
jok penumpang kosong menyapa tangki bahan bakarnya yang juga kosong

aku berharap bisa mengabadikan mata berkaca-kaca anak laki-laki kecil itu
melamun gelisah dalam mobil bapaknya
tidak ada kartun untuk malam ini
tak terpekik heboh saat bapak menarik tali memutar genset

aku berharap bisa mengabadikan kiprah perempuan pasar
t-shirt hasil thrifting kedodoran pembungkus dada setengah terbuka
menyusuri bahu jalan tanah berjalan zigzag menghindari antrean panjang
menarik tali beha tanpa sadar, tumpah lembar kusut lusuh rupiah

aku berharap bisa mengabadikan anggunnya pertandingan
gadis remaja yang menyalakan lilin dari rusun di seberang jalan
adik-adik berkerumun di sekelilingnya
mengundurkan diri ke nasib hari lain tanpa cahaya

andai aku bisa mengabadikan senyum lelah sang kakek
menghibur cucu-cucunya dengan cerita-cerita di beranda
hanya dengan cahaya bulan untuk melindungi mereka
dari kegelapan malam ini

Bandung, 23 Maret 2023

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun