Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Nggak Gampang "Hidup" Sebagai Zombie (Delapan)

18 Maret 2023   09:09 Diperbarui: 18 Maret 2023   09:05 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

Sebelumnya....

Gogon menghabiskan hari itu di ruang bawah tanah. Untuk waktu yang lama dia hanya duduk di sofa, menatap televisi tua kecil yang bertengger di dudukan tanaman. Rubanah tampak cocok untuk dirinya: kegelapannya yang suram diimbangi dengan furnitur reyot dan tidak adanya sesuatu yang menarik untuk dilihat. Di atas sofa dulu pernah ada jendela di permukaan tanah, tetapi sudah lama ditutup dengan balok kayu dan dicat kasar. Dinding depan adalah pintu garasi yang tidak bisa dibuka lagi.

Dia tidak bisa mengingat dengan jelas ruangan ini, meskipun dia pasti pernah melihatnya sebelumnya. Di suatu tempat di benaknya tersamar kenangan pernah ada pertemuan keluarga di sini, liburan yang membosankan mungkin, dengan nampan dan piring kertas dan gelas plastik.

Sesekali dia mendengar gema suara di benaknya, yang dia kaitkan dengan gagasan tentang ibu dan ayahnya, yang namanya .... Paman Kei baru saja memberitahunya tapi sekarang dia tidak bisa mengingatnya. Dia berusaha lebih keras, menutup matanya seolah itu akan membantu, tetapi hanya bayangan yang datang.

Ada kilasan adegan sepeda dan seorang pria dengan dasi cokelat polos. Wajah pria itu kabur tapi suaranya keras dan pahit. Gambar lain datang bersamaan dengan itu, rumput panjang yang baru dipotong dan baunya yang menyenangkan.

Dia berkonsentrasi tetapi memorinya tak begitu jelas dan jarang muncul ke permukaan. Itu sangat mengganggunya.

Setelah beberapa saat, dia berdiri, mendekati tv dan menekan tombol berkali-kali sampai benda itu menyala. Layarnya kecil, mungkin dua belas inci, dan tampilannya sangat kabur, tetapi ada gambar orang dan suara-suara, dan Gogon duduk untuk menonton.

Orang-orang duduk mengelilingi meja dan mengobrol, dua pria dan tiga wanita mendiskusikan masalah pribadi tanpa nama. Seseorang terlalu gemuk dan tidak menyukai dirinya sendiri. Seseorang takut mengatakan sesuatu kepada seseorang. Orang lain memiliki masalah dengan putri remajanya.

Sesekali hadirin diperlihatkan. Paduan suara tawa orang-orang acak duduk menanggapi pembicara. Ceritanya tidak jelas bagi Gogon, dan dia tidak bisa mengikuti detailnya.

Dia mencatat bahwa setiap orang memiliki sesuatu untuk dikeluhkan dan mencari kepastian. Mereka menjadi santai dan lega ketika mereka mendapatkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun