Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Zombie! Zombie! Bab 1 - 1

15 Maret 2023   22:22 Diperbarui: 15 Maret 2023   22:33 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika Keiko digigit zombie dan dijadwalkan untuk disuntik dengan racun yang mematikan, Bayu Alka yang berumur 18 tahun melanggar semua aturan dengan mencuri serum eksperimental. Tapi serum itu tidak dapat diuji sampai Keiko berubah sepenuhnya menjadi zombie, sesuatu yang tidak diinginkan oleh pemerintah.

Eksekusinya dijadwalkan terjadi sebelum transformasi selesai. Hanya tersisa beberapa jam saja bagi Bayu untuk membebaskannya.

Ketika helikopter mereka terjatuh di pusat wabah, misi penyelamatan berubah menjadi perjuangan untuk bertahan hidup ... dan membiarkan Keiko kalah bukanlah merupakan pilihan.

Setahun yang lalu...

Hari itu adalah hari yang panas di bulan Juli, dengan cuaca ekstrem dilaporkan mengamuk di seluruh dunia. Meskipun malam mulai turun dan suhu sudah terasa dingin, bajuku masih menempel di punggung. Aku bertanya-tanya apa gunanya mandi tadi sore sebelum bertemu Sheila.

Embusan angin bertiup melewati rambutku saat kami naik ke atas bianglala dan kemudian berhenti, melayang di udara. Aku menarik napas, rileks, dan mendengarkan jeritan, musik, dan tawa di kejauhan yang bergema di bawah kami.

Sheila meletakkan boneka gajah merah muda yang kumenangkan untuknya dalam permainan lempara cincin dan melipat tangannya di pangkuan, menikmati kesunyian. Aku memberanikan diri untuk melihat boneka binatang itu, bertarung dengan diriku sendiri apakah harus bangga atau nyungsep ke dalam sumur. Anak-anak di sekolah pasti akan menyarankan yang terakhir, tapi aku tidak peduli.

Memang, itu bukan boneka beruang besar yang membuatku menghabiskan selembar lima puluh untuk mencoba mendapatkannya, tetapi Sheila tampak senang dengan hadiah merah jambu kecilnya yang 'wah'. Dia meremas tanganku, dan aku tersenyum.

Aku menggoyangkan kereta maju mundur dengan kakiku.

"Hai! Hentikan, "kata Sheila, jari-jarinya menjambak rambutku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun