Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Skandal Sang Naga (Bab 11)

10 Maret 2023   07:55 Diperbarui: 10 Maret 2023   08:01 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

Sebelumnya....

Tidak ada gunanya mempertahankan panggilan percakapan dengan wanita yang bernama Nikki itu sekarang.

Aku meletakkan gagang telepon kembali ke dudukannya dan berdiri sejenak dengan tangan masih memegangnya.

Mencoba memikirkan tentang 'Reformasi' yang disebutnya, aku tak yakin yang dimaksud adalah peristiwa yang menyebabkan runtuhnya rezim Soeharto dua belas tahun silam. Setelah beberapa detik berpikir tanpa hasil, aku melipat sapu tanganku dan mengembalikannya ke saku jas.

Naluriku mengatakan aku tak punya banyak waktu lagi di sini, maka aku mulai memeriksa kantong Archer secepat mungkin. Tidak ada barang penting yang terlihat di dompetnya, dan aku baru saja mengeluarkan isi salah satu saku celananya ketika terdengar bunyi anak kunci diputar di pintu depan.

Dengan cepat aku memeriksa saku celana Archer yang tersisa, lalu melirik ke sekeliling ruangan. Untuk pertama kalinya aku melihat sebuah pintu di sudut terjauh. Saat bergegas menyeberang ke sana, terdengar pintu depan terbuka dan tertutup.

Aku menyelinap ke dalam kamar yang jelas-jelas merupakan kamar tidur Ranya. Ada wangi parfum samar-samar yang kukenal. Membiarkan pintu terbuka beberapa milimeter, aku segera melihat sekeliling untuk mencari jalan keluar lain.

Hanya ada jendela yang tertutup tirai sutra panjang. Aku menarik tirai ke samping sepelan mungkin dan menghela napas lega. Itu adalah pintu geser bergaya teras yang tidak terkunci. Di luar ada balkon.

Membiarkan pintu teras terbuka, aku kembali ke pintu, bertepatan waktunya untuk melihat Ranya yang mengenakan gaun malam yang menarik masuk melalui pintu ruang tamu. Dia tampak bingung, dan aku yakin dia terkejut melihat tas Archer di lantai lorong. Ekspresinya berubah saat melihat boneka yang dirudapaksa, kursi yang terbalik, dan katalog lelang. Kemudian dia melihat tubuh Archer.

Tanpa sadar dia mundur selangkah seakan menghindari pukulan. Ranya mencengkeram tas tangannya dengan begitu keras sehingga bagian putih buku-buku jarinya terlihat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun