Kematiannya mirip dengan episode pada ulang tahunnya yang kedua belas, dengan jeritan yang kali ini dimulai di dalam rumah dan kemudian tiba-tiba dekat dengan telinga kanannya, saat dia temukan terbaring di tanah yang gembur. Seteguk kotoran yang dia hirup terasa tajam dan anehnya sedikit manis, mengingat sebelumnya ada di bawah rak berkebunnya yang sudah lapuk.
Dia memusatkan perhatian pada hamparan anggrek papua dalam pot yang dia sirami sebelum rasa sakitnya menyerang di dadanya dan secara metodis menghitung sebanyak yang dia bisa, berhenti di dua puluh tiga. Ya, ada tempat yang lebih buruk untuk mati.
Bukankah itu sesuatu? pikirnya ketika dia menyelinap ke dalam kesunyian yang mematikan. Bukankah itu sesuatu untuk menghilangkan jasmani di tempat yang begitu memperhatikan kehidupan dan pembusukan? Dia sedikit berharap bahwa dia akan ditinggalkan di sana ketika dia menjelma menjadi tulang rangka dan membusuk menjadi pupuk.
Bandung, 4 Maret 2023