Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

CMP 81: Bahasa Cinta

26 Februari 2023   09:09 Diperbarui: 26 Februari 2023   13:09 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.westend61.de/en/imageView/AHSF00151/young-woman-reading-a-book-in-a-cafe

Parfumnya memberimu alarm akan kedatangannya. Aroma musk yang kental, yang biasanya bertahan lama setelah dia pergi.

Dia selalu tiba setengah jam sebelum waktu tutup dan tinggal sampai tiba waktunya mengunci pintu. Dia bekerja di media, menurut tag name dan citra kasualnya yang sebagian besar terdiri dari jeans, sepatu sol datar, dan rompi longgar. Rambut selalu diikat menjadi ekor kuda, dengan sulur-sulur yang meliuk-liuk di lehernya.

Bagaimana harimu? adalah pertanyaan yang selalu dia tanyakan dan mulutnya akan tersenyum saat dia menunggu jawabannya.

Kamu akan menanggapi dengan anggukan dan senyuman yang sama, lalu dia akan melempar ranselnya ke kursi usang berlengan di bawah tangga.

Itu adalah waktu favoritnya. Dia akan menyibukkan diri, cukup untuk memungkinkanmu mengawasinya tanpa menimbulkan kecurigaan. Suara di kepalamu dengan nada tinggi menyuruhmu untuk menggodanya.

KALAU KAMU BETUL-BETUL LELAKI, AJAK DIA NGE-DATE. KAMU KIRA DIA DATANG KE SINI CUMA UNTUK NGOPI DAN BACA BUKU?

Tetapi kamu tidak pernah punya keberanian dan dengan setiap putaran kunci di pintu, kamu menggumamkan rasa frustrasi melalui desahan napasmu. Panik akan merayapi otakmu, bahwa kamu mungkin tidak akan pernah melihatnya lagi.

Kamu ingin memberitahunya, bahwa satu-satunya bagian dari harimu yang berarti adalah setengah jam itu, ketika dia duduk membaca di kursi tua berlengan yang sudah usang. Kadang-kadang dia menyilangkan kaki di bawahnya dan dia membayangkan kalian menua bersama.

Pada hari Sabtu yang hujan di bulan Februari, setelah berbulan-bulan kunjungan tetap harian, dia tiba dengan wajah memerah dan cemas. Pola akrab kalian yang biasa berantakan.

Dia berdiri di ambang pintu seolah-olah dia membutuhkan undangan untuk masuk. Kamu dengan lembut membimbingnya masuk melalui pintu, melewati rak yang penuh dengan buku-buku antik bertuliskan tentang cinta yang hilang. Ketika kalian sampai di kursinya, dia berlama-lama seolah takut untuk duduk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun