Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ulee Lheue 1970-2010

10 Februari 2023   10:46 Diperbarui: 10 Februari 2023   11:03 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.nativeindonesia.com/pantai-ulee-lheue/

Kita mencium bau ikan asin dan udara pantai yang asin. Kita mengikuti jalur kereta uap mini ke jembatan pelabuhan dari besi lengkung berkarat.

Anak-anak berlari di samping kereta, melambai ke arah penumpang yang tertiup angin sambil meniru bunyi 'tuuut, tuuut', saat tangan mereka meniru piston, dipompa maju mundur.

Aku tidak tahu kapan saatnya, apakah itu awalnya?

Apakah kamu menunggu sesuatu, atau hanya puas berjalan?

Kita tidak berciuman di jembatan pelabuhan dari besi lengkung berkarat yang kini tak ada lagi.

Mungkin kamu akan mundur. Aku takkan pernah tahu. Namun setiap kali aku mencium bau ikan asin, aku memikirkanmu dan Ulee Lheue.

Argo Parahyangan, 10 Februari 2023

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun