Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Iman yang Hilang

9 Februari 2023   08:17 Diperbarui: 9 Februari 2023   09:33 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.gathermagazine.org

Ketika orang-orang udik di gunung menjadi terpelajar, keimanan juga menghilang.

Terbebas dari keinginan mati, Ruhul Kudus mulai merenovasi, ketiadaan bentuk sekarang menjadi mode di benak pria dan dan wanita, terpatri di pergelangan tangan.

Manusia, tentu saja, melihat implikasi tanpa dosa, kecenderungan tanpa jenis kelamin, janji selebar bandwith 5G.

Ruhul Kudus yang tak lagi terbagi, naik bus antar kota antar provinsi ke rumah-rumah yang tidak menyangka akan datangnya tamu istimewa, memulai percakapan, menemukan batu api di hati yang berdetak di bawah logam. Dia bergerak di antara wanita yang memasang susuk emas, tertusuk di depan pintu seorang pelayat tahlilan bayaran. Pemain bit yang sempurna yang mengatup luka bakar rokok di sifon, mengambil kebijakan melawan seorang pria dengan satu tangan dan kuota. Melompat dari jembatan untuk konten viral.

Ruhul Kudus menyaksikan tangan-tangan sedih menampar drum baja, wajah suci diremas-remas, berbaring di atas rel. Bel dibentur dengan palu yang diminyaki dan tidak menemukan penyelesaian dalam Kalkulus Integral: Ruhul Kudus memberi darah pada Hari Palang Merah.

Tidak ada ketegangan untuk jam penebusan dosa: Ruhul Kudul menggeser jarum panjang. Kata-kata menjadi cahaya biru di antara tanduk, kematian, anagram.

Ruhul Kudus memiliki denyut nadi sekarang dan empat kartu As.

Seseorang menelan Xanax dan yang lain menulis drama yang buruk. Seorang wanita melahirkan dalam hujan badai. Es kristal tiba-tiba turun dari langit bersama teh melati. Orang-orang udik di gunung memperdagangkan beduk mini sebagai metafora.

Ruhul Kudus membakar buku lucah. Orang-orang udik dari gunung itu menjulurkan lidah mereka melintasi kumis mereka. Ruhul Kudus mengaratkan besi, mendekorasi mobil gambar badut dengan pidato.

Ruhul Kudus menahan matahari. Bayangan berhenti sebagai tagline. Sepasang kekasih berciuman. Orang-orang udik di gunung berdiri selama berhari-hari di dataran raksasa yang sunyi, dan mengganti nama mereka dengan taksonomi baru.

Bandung, 9 Februari 2023

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun