Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Di Bawah Lampu Sorot ala Broadway

2 Februari 2023   08:08 Diperbarui: 2 Februari 2023   10:41 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://variety.com

Ketika lampu padam, semuanya berubah. Bising  percakapan penonton mereda menjadi dengungan dan kemudian hening. Hasrat berat mengapung di udara.

Aktor pertama berjalan dengan percaya diri melintasi panggung dan penonton mulai rileks. Di belakang panggung, aku mencoba untuk tidak menunjukkan kegugupanku, duduk diam saat makeup artist merias wajahku dan berkonsentrasi dengan menarik dan menghembuskan napas: sekali, dua kali lagi, dan lagi.

Saat giliranku semakin dekat, aku berdiri di sayap pentas, menanti isyarat memanggilku. Tubuhku dibanjiri adrenalin, nyaris putus asa, ingin berbalik dan berlari.

Tapi tidak.

Kakiku membawaku ke atas panggung selangkah demi selangkah hingga aku melihat cahaya lampu yang menyilaukan. Aku membuka mulutku dan mulai berbicara. Untuk sepersekian detik yang terasa seperti setahun, suaraku sendiri mengalihkan perhatianku dan aku tidak ingat apa yang harus kulakukan selanjutnya.

Lalu aku terbang, melayang terbawa oleh pertunjukan, Hanyut.

Aku bukan anak sekolah menengah atas biasa, aku adalah seekor kucing Siam.

Saat aku bicara, penonton mendengarkan. Ketika aku bernyanyi, orang-orang tersenyum.

Rawa-rawa yang suram memudar dan aku mencium aroma rempah-rempah eksotis dan melati Thai yang harum. Aku bisa merasakan sinar matahari di wajahku.

Babak dan adegan silih berganti, pemandangan bergeser dan berubah, aktor berjalan dan pergi, lagu dinyanyikan, tokoh tertawa terbahak-bahak, jatuh cinta dan lalu mati. Kemudian, dalam sekejap mata, tirai turun disambut gemuruh tepuk tangan dan seruan 'Bravo!' dari penonton.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun