Aku tahu ada masalah ketika pembayaran e-Pay-ku ditolak di kafe langganan.
"Maaf, Target," kata kasir itu kepadaku. "Tidak ada uang, tidak ada kopi."
Kepalaku pusing karena kekurangan kafein. Aku masuk ke aplikasi bank. E-Pay kosong, dan ada pesan dari atasan: "Penyamaran terbuka. Ekstraksi: Stasiun Kota, jam 9 pagi."
Sekarang 8:55. Sial. Aku terlambat, bokek, dan belum ngopi.
Seseorang menodongkan pistol ke tulang rusukku. "Waktumu habis, Target."
Jadi banjingan ini juga tahu kode bodohku. Pasti ada pengkhianat di biro.
Ban berdecit dan sebuah taksi meluncur ke arah kami. Pria bersenjata itu mengelak ke kiri, jadi aku ke kanan.
"Masuk!" sopir taksi berteriak.
Aku tidak mengenalinya, tapi dia tidak menodongkan pistol ke arahku, jadi aku melompat masuk. Dia berputar dan kami lepas landas sebelum aku bisa menutup pintu. Peluru melesat dari spatbor belakang.
Taksi menerobos lalu lintas, dan sialan, aku salah. Sopir juga menodongkan pistol ke arahku.
"Aku tahu kamu punya sandi rahasia, Target," dia menggeram. "Serahkan padaku."
Untung pintu taksi tidak terkunci.
Aku melompat keluar, memantul dari trotoar, berguling berdiri dan lari memotong gang. Aku keluar sepuluh langkah dari pintu masuk Stasiun Kota. Gerobak kopi pinggir jalan ada di depan.
"Kopi?" tanya barista saat aku melewatinya. Dia memberiku cangkir besar dengan tulisan "09:03 Railink ke Bandara" tertulis di sampingnya.
Aku berlari ke peron dan meluncur melewati pintu kereta yang menutup. Untuk sementara aman.
Aku menyesap kopi, menyambut energi dari kafein. Lalu aku melihat tulisan di cangkir. "Nama sandi baru: Kopi."
Bandung, 30 Januari 2023