Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Skandal Sang Naga (Bab 7)

28 Januari 2023   15:27 Diperbarui: 28 Januari 2023   15:29 500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

Sebelumnya...

Masih terasa hangat matahari sore yang tersisa ketika kami tiba di Naga Cina. Tempat itu ramai pada jam itu, tetapi tip yang kusodorkan secara diam-diam telah membuat seorng pelayan menambah satu meja lagi di luar.

Setelah memesan Cinzano Rosso untuk Ranya dan arak untukku, aku keluar ke trotoar dan mulai mengambil beberapa bidikan kamera video ke pemandangan yang penuh warna.

Aku memfokuskan kamera pada Ranya Vachel ketika saya tiba-tiba menyadari bahwa dia sedang berbicara dengan seseorang. Sedetik kemudian sesosok pria masuk ke jendela bidik.

"Halo!" seru suara yang familiar. Si orang Amerika dengan seringai yang bersahabat di wajahnya yang bundar.

Aku menurunkan kamera dan menghilangkan cemberut dari wajahku saat dia memulai bercerita tentang petualangannya hari itu kepada Ranya. Perlahan, aku kembali ke meja.

Dengan wajah berseri-seri dia bercerita sehingga mustahil Ranya kesal.

"Hari ini saya sudah berkeliling Shanghai sampai habis!" dia berseru. "Saya berjalan sampai kaki saya tak sanggup lagi melangkah, membeli oleh-oleh untuk orang-orang di rumah."

"Tentu saja, Anda akan kembali besok." Ranya mengangguk. Saat bayanganku muncul di atas meja, dia berbalik dan memperkenalkan kami.

Si Amerika mengulurkan tangannya yang besar. "Senang mengenal Anda, Tuan," serunya, dan terdengar seakan-akan dia benar-benar jujur dengan kata-katanya. Aku melakukan yang terbaik untuk membalas, tetapi tak bisa sebagus dia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun