Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Isi Ulang Balon

20 Januari 2023   18:04 Diperbarui: 20 Januari 2023   18:42 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://questathletics.net/birthday-parties

Tak seorang pun selain Yusuf yang bisa melihat balon-balon itu. Warna bernoda tembus pandang terayun-ayun di udara.

Setiap orang punya satu. Orang dewasa, anak-anak, bayi. Balon merah ibunya kempis seperti tomat yang dijemur dan tergantung lemas di pergelangan kaki kirinya.

 Di supermarket, Yusuf berpura-pura menjadi supir, sebelah kaki di atas penyangga troli, menggunakan palang dorong untuk berbelok di sudut lorong. Biasanya, ibunya menariknya pergi dan menyuruhnya untuk bersikap baik. Hari ini, dia mengambil kembang kol yang terbungkus palstik vakum dan menatapnya seolah-olah benda itu berasal dari planet lain di pusat galaksi.

Rumah mereka dekat dengan pantai. Biasanya dia mengajak anjingnya jalan-jalan. Yusuf mengejar anjing itu di sepanjang pasir dan balonnya mengikuti jejaknya. Dia berlari ke arah ombak, tertawa saat busa menggelitik jari kakinya. Saat mereka sampai di rumah, balonnya sebesar pesawat makhluk luar angkasa.

Ibunya mengambil kantong sampah dan membersihkan pantai.

Ibu Misra memberi mereka pekerjaan rumah tentang samudra. Dia bertanya apa yang mungkin ditemukan di laut. Ikan, lumba-lumba, kepiting, hiu. Rumput laut? Karang? Dan kerang. Dan gurita. Dan perahu. Dan pesan dalam botol. Yusuf mengatakan selalu ada kantong plastik yang hanyut dibawa ombak.

Mereka pergi ke toko tempat orang-orang memasukkan makanan ke dalam kantong tas yang dibawa dari rumah. Yusuf memasukkan nasi putih ke dalam kotak Tupperware dan menggeser kotak itu ke atas timbangan. Mereka pergi ke toko lain untuk membeli sayuran dan satu lagi untuk membeli minum yang dipompa ke dalam tumbler yang dibawa dari rumah. Ibunya memasukkan semuanya ke dalam lemari di rumah dan balonnya kembali terombang-ambing di atas kepalanya, setidaknya untuk sementara waktu.

Dia berbicara dengan tetangga mereka tentang toko isi ulang dan tetangga mengatakan itu seperti mundur ke masa lalu. Ibunya mengatakan semuanya lebih baik di masa lalu. Yusuf berpikir itu pasti berarti sebelum dia lahir.

Dia mendongak untuk melihat balonnya telah menyusut menjadi bola seukuran apel.

Sabtu, mereka berjalan di pantai lagi. Yusuf mencoba untuk mengambil tangan ibunya seperti dulu ketika dia masih kecil, tetapi ibunya sibuk menyambar bungkusan yang berserakan dengan capit penjepit sampahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun