"Apa yang kamu lakukan di sana?" dia bertanya.
"Mengamati."
"Mengamati apa?"
"Duniamu."
Dia diam untuk sementara. Aku menatapnya. Aku betah melihat yang muda dari ras kalian, karena mereka belum meninggalkan jejak.
Dia keriting dan kurus, dan begitu muda di mataku.
"Kamu itu apa?" dia bertanya.
"Aku sudah tua," kataku, dan aku menangis saat memandangnya. Aku menangisi masa mudanya. Aku menangisi apa yang terkandung di masa mudanya, pendewasaan yang akan merusaknya dan kematian akhirnya.
Dia memalingkan wajahnya melihat rupa burukku. "Berapa umurmu?"
"Oh," kataku, "Aku lebih tua dari semua kehidupan di planet ini. Aku lebih tua dari matahari kalian, aku bahkan lebih tua dari banyak bintang tua yang kamu lihat di malam yang cerah dan cerah."
Kening bocah itu semakin berkerut pada jawabanku yang samar itu.