Dia tidak bertemu siapa pun di selasar. Tidak ada seorsang pun untuk berpamitan, bahkan petugas kebersihan pun tidak.
Saat dia melangkah keluar, angin dingin menyambutnya dengan sengit. Tubuhnya menegang, bersiap-siap melawan cuaca.
Saat itu dia melihat ke langit, dan meskipun masih tertutup rapat dengan awan abadi, dia bisa membayangkan alam semesta dan ruang yang luas yang ada di baliknya.
***
Dia menaiki tangga teras dan mengeluarkan kuncinya. Istri dan putrinya baru akan pulang beberapa jam lagi.
Dia memutar kuncinya dan memasuki rumah. Lantai kayu berderit.
Ketel bersiul di dapur dan udara ruangan hangat. Dia melepas sepatunya, menempatkannya di samping pasangan lainnya. Saat itu dia melihat sepasang sepatu bot yang tidak dikenalnya. Dia mengerutkan kening dan dengan hati-hati berjalan ke kamar tidur melewati ruang tamu dan ke dapur. Ada dua gelas berkaki dan sebotol anggur merah yang baru dibuka di atas meja.
Suara-suara dari kamar tidur menarik perhatiannya dan ketika dia perlahan membuka pintu, dia mengenali tubuh telanjang istrinya dalam pelukan seseorang.
Tanpa berkata apa-apa dia menutup pintu, mengambil anggur dan pergi ke kamar putrinya. Dia duduk di tempat tidur dan melihat keluar jendela ke taman kecil yang basah. Dia memakai sepatunya dan berjalan ke taman, masih memegang botol.
Terpikir olehnya betapa anehnya dia akan dilihat oleh orang lain: seorang pria kesepian yang duduk di taman pada suatu sore musim hujan. Namun dia tidak peduli lagi.
Bandung, 10 Januari 2023