Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tempat Kejadian Perkara

7 Januari 2023   08:51 Diperbarui: 7 Januari 2023   18:04 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari balik garis polisi dia mengintip ke kamar putranya. Kemarin dua petugas membongkarnya, sepotong demi sepotong, seperti yang dilakukan Peyi dengan Lego ketika dia masih kecil. Para pria bekerja secara metodis. Dia telah menyaksikan dari lobi ketika petugas yang lebih muda mengosongkan laci meja. Dia memegang kubus Rubik, pedang Jedi, dan lato-lato sebelum memasukkannya kembali, satu per satu. Di sisi lain ruangan, rekannya mengangkat buku dari rak, membolak-balik setiap buku sebelum menggesernya kembali ke tempatnya.

Dia mencoba mengamati ruangan secara detail, seperti yang dilakukan polisi, tetapi insting keibuannya muncul kembali. Selimutnya menggantung dengan canggung, meluncur dari tempat tidur untuk memperlihatkan bagian bawah piyama yang mengepal. Kaos Arsenal milik Peyi tergeletak lemas di atas karpet berwarna krem.

Jari-jarinya berkedut. Hampir sebelum dia menyadarinya, kuku merah darah mencakar pita garis polisi, merobeknya, dan menghancurkannya. Mengepalkan bola lengket di satu tangan, dia melangkah melewati ambang pintu dan masuk ke ruangan.

Dia meraih piyama, melipatnya, dan menyelipkannya ke bawah bantal. Dia menarik selimut, merapikan lipatannya. Kemudian dia mengambil baju itu dari lantai, memasukkannya ke dalam keranjang.

Apa yang dicari polisi?

Apakah itu pisau yang direndam dalam pemutih, lalu dilakban ke batu bata dan dijatuhkan dari kapal feri antar pulau?

Apakah itu ponsel Peyi yang dibungkus handuk, dipukul sampai hancur dengan palu, lalu dikubur jauh di dalam hutan di perbatasan provinsi?

Atau apakah tubuh putranya?

Dia melirik ke cermin kecil yang tergantung di belakang pintu Peyi dan tersenyum pada bayangannya. 

Mereka tidak akan pernah menemukannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun