Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Gila

4 Januari 2023   23:27 Diperbarui: 4 Januari 2023   23:32 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

terkadang, kamu bertanya-tanya
roh apa yang memetikmu bulu demi bulu
mengungkapkan pikiran sebagai daging berdosa
bagai puting beliung menelanjangi bumi

dan kamu bertanya-tanya apa yang diaku oleh atma
jiwa-tubuh-pikiran sekaligus
menyebutmu milikmu membungkus diri dari sendiri
meninggalkan kau menggenggam sesuatu
yang akrab dengan nama yang pernah dipanggil
di bawah tumpukan sampah dan dengung lalat

kegilaan adalah hujan yang menolak untuk berhenti
suara memanggilmu berulang dalam banjir
membuka jalan terbuka agar mengalir
hantu dan puing-puingmeninggalkanmu
pecahan dari normal dan apa pikiranmu dulu

kamu mencari tempat lindung jauh dari hujan
dari mulut yang memanggil
memancing untuk membawamu masuk
dan memberi kedamaian

namun ada teka-teki yang tak dapat dilepas
merambah semak
mencari jawaban

untuk soalan
seseorang mengatakan tak pernah bertanya padamu
siapa yang bertanya padamu?

terkadang, kamu tidak tahu
topeng ekspresi kosong hampa
tertutup debu merah
peninggalan yang terlupa
terkubur dalam waktu nilai purba
tidakkah kamu lupa?

semua yang dipegang memberi tahu
tidak seorang pun harus berjalan di bumi sendirian
mengatakan banyak hal seperti hujan

tapi semua yang kamu miliki
tak lebih tumpukan sampah dan kenangan
terkubur jauh dalam penyangkalan

semua yang kita miliki hanyalah kisah
tentang bagaimana misteri takdir bekerja
kehidupan mengendurkan benang
dan kamu kusut tersesat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun