Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Terdampar di Perut Bumi - Buku Satu: I. Terdampar (Part 27)

14 Desember 2022   22:00 Diperbarui: 14 Desember 2022   22:01 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

Sesuatu bergerak di semak-semak yang menjulang tinggi. Daun merah marun berbintik-bintik dengan belahan hijau, mengungkapkan apa yang tersembunyi di baliknya. Laba-laba seukuran bola pantai, bahkan lebih besar dari yang dilukai Tiwi, merangkak di pohon tepat di depannya. Sambil memegang tongkat, Tiwi berputar perlahan. Laba-laba sekarang merangkak di setiap pohon di sekitar mereka. Sebuah getaran menjalari tulang punggungnya.

"Apa yang--" Mulut Zaki melongo.

Tatapan Miko liar melesat ke mana-mana.

Tiwi mencengkeram dadanya sambil memeras otak untuk mencari rute pelarian dan kemungkinan pertempuran.

Seekor laba-laba berkaki berbulu turun dari benangnya dan tergantung terbalik hanya beberapa inci dari mata gadis itu. Dia berteriak saat tiga pasang mata hitam mengilap menatap ke arahnya. Mundur ke belakang, dia tersandung batang kayu dan jatuh saat gigi capit laba-laba berbunyi klik. Rahangnya yang seperti sekop  yang mungkin digunakan untuk menggali tanah, daun...dan daging.

Tiwi tersentak dan memukul benda itu sebelum memberikannya satu tendangan kuat. Serangga itu jatuh dari jaringnya dan bergegas ke semak-semak.

Miko mengayunkan lengannya, menjatuhkan seekor laba-laba dari bahunya. "Mengapa makhluk ini cuma tertarik sama gue dan Tiwi? Nggak ada yang ngajak Zaki main!"

Tiwi melompat sambil berteriak. Keringat berkumpul di atas alisdan menetes ke wajahnya. Bahkan memikirkan tentang laba-laba yang menyeramkan meryapa di punggungnya saja membuatnya ngeri--dan semakin banyak kaki yang dimiliki serangga itu, semakin buruk keadaannya. Dia lebih memilih berhadapan dengan tikus atau ular  daripada laba-laba. Tapi masih belum yakin apakah hiu lebih buruk. Pasukan arakhnida itu membawa kembali kenangan minggu yang dia habiskan di rumah sakit setelah digigit oleh janda hitam. Sejak hari yang mengerikan itu, hanya dengan melihat seekor laba-laba kecil saja cukup membuatnya panik.

Dia tersentak dan merasakan darah mengalir meninggalkan wajahnya. Tiwi mengibaskan rambutnya dan menepuk-nepuk tubuhnya dengan panik. Perasaan bahwa ada sesuatu yang merayap di kulitnya tetap ada. Dia bergidik. "Jauhkan mereka dariku!"

Zaki muncul di sampingnya dan mengusap punggung Tiwi. "Aman. "

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun