Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bulbul Efendi

10 Desember 2022   09:00 Diperbarui: 10 Desember 2022   09:01 915
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bulbul Efendi membenci pekerjaannya.

Bulbul menghabiskan hari-harinya memasukkan kode ke dalam komputer dari jam tujuh pagi sampai jam tujuh malam.

Dari fajar hingga senja, Bulbul bertanya-tanya dosa apa yang dia lakukan sehingga mendapatkan kehidupan yang membosankan. Dia bahkan tidak tahu apa arti angka-angka itu. Yang dia tahu, dia bisa saja memasukkan kode senjata nuklir untuk teroris atau nomor jaminan sosial musuh bosnya. Bulbul tidak terlalu peduli.

Satu-satunya hal yang membuat Bulbul relatif senang adalah mendesain boneka. Ini, tentu saja, adalah hobi rahasia, karena Bulbul sangat curiga terhadap rekan kerjanya yang suka bergosip sambil berbisik-bisik. Jadi, saat istirahat makan siang, Bulbul menyelinap ke lemari persediaan dan dengan rapi menjahit wajah tersenyum ke boneka bahagianya.

Terkadang dia berbisik kepada mereka.

Sepanjang sisa hari itu, saat dia tanpa sadar memasukkan angka-angka yang tidak penting, dia memimpikan boneka-bonekanya. Dia suka merogoh laci teratasnya (tempat dia menyimpan boneka kesayangannya), menutup matanya, dan menggigil saat dia merasakan lipatan-lipatan rumit dari baju boneka itu.

Namun, selain baju mereka, semua boneka itu sama. Semua wajah mungil mereka mearus ncerminkan pencipta mereka: mata kancing hitam, kacamata yang terbuat dari kawat pembersih botol, dan bibir cemberut yang digambar dengan spidol. Apa yang membuat mini-Bulbul lengkap adalah rambut mereka yang sangat sempurna, yang dengan bangga merupakan sumbangan dari rambutnya sendiri.

“Siapa salah satu kesayangan Papa yang ikut Papa bekerja hari ini?” dia bertanya kepada para pendengarnya, boneka-boneka berwajah Bulbul setiap pagi, tertata rapi di apartemen studionya.

“Tidak, Ricad,” katanya sambil menyipitkan mata menembus kegelapan, “Papa sudah memberitahumu bahwa kamu tidak boleh terlihat di depan umum mengenakan pakaian putih di Hari Buruh. Kamu harus berganti pakaian dengan Syauki.”

"Oh, jangan menangis, Syauki. Kamu belajar berbagi. Papa  akan membuatkanmu baju baru.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun