Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Masih Banyak Waktu

5 Desember 2022   12:00 Diperbarui: 5 Desember 2022   12:23 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
theweekendedition.com.au

Syauki mendongak dan berbicara lebih dulu. "Kamu penjelajah waktu," katanya. 

Syauki memang brengsek.

"Aku hanya punya waktu beberapa menit dan aku harus--"

"Maksudku, serius, kamu penjelajah waktu! Luar biasa!"

Jadi, aku rasa kami semua tahu. 

Dia berjalan dan berbicara dengan aneh, atau baunya salah. Dia pasti memiliki bau yang lucu, seperti plastik berjamur.

"Tolong dengarkan, alergi susu disebabkan virus. Autisme dipicu oleh filamen plastik di popok sekali pakai. Satu-satunya cara untuk menyembuhkan kanker adalah dengan---"

"Apa yang harus kulakukan di masa depan?" teriak Saras. Matanya lebar dan dia mengangkat tangannya, seperti anak sekolah berebut perhatian guru. Aku pikir dia agak ketakutan, tapi Saras selalu ketakutan.

Aku pernah kencan dengan Saras, sampai aku sadar dia tidak bisa menyeberang jalan sendirian. Maksudku secara metafora. Maksudku, dia mungkin bisa menyeberang jalan. Tetapi kalau orang yang kukenal berduka karena salah satu teman kami tertabrak saat menyeberang jalan, aku akan langsung bertanya, 'Saras, ya?' 

Karena kalau kamu kenal Saras, kamu tahu persis seperti itulah dia.

"Apa?" Si Penjelajah Waktu menatap Saras, lalu memandang kami semua, bahkan menatapku, seolah-olah dia mengharapkan kami membuat catatan atau semacamnya, seolah-olah dia adalah ratu masa depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun