"Tutup mulut, penjaga kedai." Si Jarum merengut. Untaian oranye kuningan yang disisir ke belakang di bawah topi merahnya menarik wajahnya kencang yang panjang dan datar tanpa dagu atau garis batas dari lehernya. "Letakkan busurmu. Perlahan dan tenang."
Karung Umbi beringsut lebih dekat, sejarak jangkauan tangan, menusuk tulang rusuk Malin dengan pistol.
"Lebih cepat lebih baik." Wajahnya yang berbentuk bola mencibir, membuat pipinya yang bengkak semakin bulat. Mata abu-abunya berbinar karena kenikmatan menyebabkan rasa sakit. Rambutnya lebih pucat dari cahaya bintang dan dicukur mendekati kulit kepala, Karung Umbi bisa dianggap laki-laki kalau saja dadanya tak semontok gundukan sarang rayap tanah.
Malin menurunkan busur tangannya, dengan hati-hati menyodorkan gagangnya ke arah si Dunia Barat keparat. Ujung panahnya menghadap dirinya sendiri. Dia menatap melewatinya ke arah para wanita berseragam putih dan merah.
Penjajah dari Dunia Barat nyata ada di kedainya.
BERSAMBUNG