Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Legenda Sang Perusak (Bab 65)

28 November 2022   09:16 Diperbarui: 28 November 2022   09:21 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

Tapi saat Bagas mengetuk pintu rumah dokter Awang, tidak ada jawaban. Dia tahu mereka harus sudah bangun karena klinik buka sekitar setengah jam lagi, dan dokter akan segera pergi ke sana. Saat mengetuk, Bagas mendapat ide. Mungkin mereka ada di dapur dan tidak bisa mendengarnya. Dia harus mengetuk pintu belakang untuk memastikan.

Bagas benar-benar ingin berbicara dengan Awang hari ini. Dia telah banyak memikirkan tentang rumah duka itu, dan dia perlu mengajukan satu atau dua pertanyaan kepadanya tentang hal itu.

Meninggalkan sepedanya, Bagas berlari ke belakang rumah, melihat ke dalam semua jendela sambil berlari. Di tangga belakang, dia merasakan seseorang mengawasinya, dan tahu bahwa mereka pasti ada di dapur. Setelah beberapa ketukan dan tidak ada jawaban, dia menyerah dan kembali ke depan rumah.

Sesuatu dengan tiba-tiba membuatnya berbalik dan melihat ke rumah duka. Di sana, di halaman depan yang sudah terang berdiri ayahnya! Bagas berpaling. Dia tahu bahwa itu tidak mungkin. Ayahnya telah meninggal selama lebih dari dua tahun!

Saat dia menoleh kembali, ayahnya semakin mendekat. Dia berada di pinggir halaman rumah keluarga Dermawan dan tangannya terangkat memanggilnya untuk mendekat.

Ini tidak mungkin! Ini mustahil! Dia telah melihat ayahnya di dalam peti mati, mata tertutup, meninggal seperti yang pernah dia lihat pada orang-orang yang meninggal sebelum dan sesudahnya! Ini tidak mungkin!

Bagas menutup matanya. Tapi rasa takut membuatnya membukanya lagi, dan dalam lima detik itu sosok ayahnya tinggal berjarak lima meter darinya. Panik melanda ke tenggorokannya, dan dia merasa ingin muntah.

Sesuatu yang berbau mengerikan, dan semakin buruk dari detik ke detik.

Dari depan rumah, Bagas mendengar suara mobil masuk ke pekerangan. Melirik kembali ke sosok itu, seorang pria berjas gelap telah menggantikan posisi ayahnya. Sesaat kemudian, dia hilang ketika Awang Dermawan berhenti di samping bocah laki-laki yang sedang membelalak dengan wajah pucat pasi.

"Bagas, ada apa? Kamu seperti baru saja melihat hantu." kata Awang, yang segera menyesalinya karena wajah bocah itu menjadi semakin putih dan tubuhnya mulai gemetar setelah ucapan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun