Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Legenda Sang Perusak (Bab 64)

24 November 2022   12:00 Diperbarui: 24 November 2022   12:06 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

Kali ini, Johan dan Ratna berhasil keluar dan segera makan udang dan nasi lemak di 'Kedai Makan Hasil Laut'. Saat malam berlalu, mereka meneguk banyak minuman yang mendatangkan kelupaan. Sekali lagi, mereka menjadi bergairah.

Saat nafsu membakar tubuh mereka, keduanya mulai saling membelai di bawah meja. Mabuk memberi mereka kebebasan yang mereka cari, dan kegelapan memberi mereka jalan mudah ke tandas pria. Mereka belum pernah melakukan sesuatu yang liar seperti bercinta di kamar mandi kedai makan, tetapi mereka segera menyelesaikannya.

Sensasi berkobar lebih besar karena mereka takut seseorang akan mengganggu. Keringat mulai bercucuran, dan saat mereka berdua kehilangan pandangan akan sekitar, Ratna mengucapkan kata-kata lucah yang belum pernah didengar Johan keluar dari bibirnya. Terdengar begitu kasar dan menggairahkan sehingga seluruh tubuhnya kesemutan.

Secepat dimulai, selekas itu pula berakhir. Mereka berdua merasakan lelah yang sangat, tapi mereka masih terlalu bersemangat untuk lelah.

Dengan cepat keduanya keluar dari tandas dan kemudian kedai makan menuju ke rumah Johan.

Di sini, mereka menemukan apa yang tampaknya ditunggu-tunggu oleh Johan: katil tempat tidur dan janjinya akan kebahagiaan lebih lanjut.

Mabuk membuat keduanya ingin menikmati istirahat singkat, tapi dering telepon membuat mereka tersentak dari kedamaian. Dua panggilan di apartemen Ratna sudah lama terlupakan, dan Johan mengangkat telepon sambil bertanya-tanya siapa yang memanggilnya ketika malam telah larut.

Panggilan itu mati. Bukan hanya nada panggil yang berhenti, tapi benar-benar mati tanpa suara.

Saat dia membanting gagang telepon, ingatan itu menyelinap kembali ke benaknya, dan Johan mengerutkan kening karena tidak percaya.

Ini tidak mungkin terjadi di sini juga. Siapa yang ingin merusak malam mereka selain perempuan yang sudah meninggal?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun