Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Yang Tidak Bisa Dicerna

18 November 2022   09:00 Diperbarui: 18 November 2022   09:00 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya tahu bahwa dunia akan berubah sejak terakhir kali saya keluar, tetapi saya belum siap untuk ini: TIDAK ADA BUKU CETAK!

Saya menemukan bahwa setiap toko buku di dunia telah tiada. Isi setiap perpustakaan di dunia telah didigitalkan, dan setiap buku cetak, kecuali beberapa buku di balik kaca anti peluru di museum, telah didaur ulang menjadi kertas toilet atau dikubur lama di tempat pembuangan sampah.

Majalah, surat kabar, pamflet iklan---bahkan memo kantor dan kertas kuitansi dengan thermal printer---semuanya hilang! Tidak ada yang tersisa selain ebook.

Tidaaak!

Saya mencoba bertahan dengan memakan kardus makanan pesan antar, tetapi itu tidak akan cukup. Karton bukanlah pengganti kertas yang dapat diterima pencernaan. Saya harus mendapatkan kertas, tinta, dan kata-kata--banyak sekali--sebagai makanan. Hanya ada sedikit nutrisi di kotak pizza, dan bau sisa makanan pada kotak bekas membuat mual.

Apa yang harus saya lakukan?

Saya tidak bisa makan elektron. Chip silikon benar-benar tidak dapat dicerna. Saya tidak bisa menyerap tinta dari layar ponsel pintar atau tablet komputer dan menikmati rasanya. Kertas toilet tidak akan bisa menggantikan kertas asli.

Dunia macam apa ini? Sama seperti buku-buku kesayangan saya, saya sudah kedaluwarsa. Lahir di era yang salah.

Saya menjadi lelah dan lemah. Malam ini saya akan beristirahat dan besok menyusul Papa ke liang lahat.

 

Bandung, 28 Januari 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun