Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Misteri Area Parkir 51

15 November 2022   08:45 Diperbarui: 15 November 2022   09:02 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Heboh di tempat parkir dengan dokumen-dokumen meeting jam dua dijepit ketiak yang berkeringat, ponsel dengan pengeras suara di bawah dagu, Kamu memberi tahu Yasmeen bahwa Anda akan terlambat untuk presentasi jam empat. Meminta dia yang menelepon mereka karena kamu akan menyetir.

Kalau saja Yasmeen bisa memberi tahu di mana kamu memarkir mobil sialan itu akan sangat luar biasa dan sementara dia di sana, apakah dia bisa memberi tahu setan mana yang merasukimu sehingga membeli hatchback silver metallic ketika seluruh dunia penuh dengan mobil sejenis, masing-masing persis sama dengan yang lain, dan jari-jarimu mencakar tasmu mencari kunci yang sama sulitnya dengan menemukan mobil sialan itu. Iapi setidaknya jika kamu bisa menjangkaunya.

Dengan kunci sialan itu kamu akan dapat menyalakan lampu kecil mungilnya. 

Kamu sudah dekat dengan mobil sialan itu, dan meskipun naluri membuatmu membelokkan langkah kaki ke samping di detik terakhir, kertas-kertas dari ketiakmu bertaburan di aspal.

Astaga! Bukankah ada undang-undang tentang membersihkan kotoran anjing?

Aku akan menelepon balik, kamu memberi tahu Yasmeen.

Berjongkok sehingga otot dan persendian canggung berderit. Terlalu banyak waktu di belakang kemudi dan di kursi berkaki logam di ruangan yang digelapkan oleh tirai vertikal.

Dengan hati-hati kamu meraih spreadsheet terdekat. Setidaknya tidak ada yang benar-benar mendarat di kotoran hewan sahabat terbaik manusia.

Tapi itu sama sekali bukan omong kosong sialan.

Anak anjing dengan bulunya yang mewah dan hitam seperti bagian dalam kotak perhiasan. Matanya sama gelapnya dengan kematian seperti saat hidup. Mantel beledunya acakadut tertiup angin sepoi-sepoi. Cakarnya yang besar terangkat seolah-olah sedang berdoa. Moncongnya terangkat mengikuti aroma yang tak tertahankan.

Bagaimana hewan itu bisa berakhir di sini, sementara area parkir ini berpagar beton?

Kamu mengambil selembar brosur, menggesernya perlahan di bawah bangkai si kecil. Memegangnya dengan hati-hati di depan dadamu seperti membawa bendera pusaka saat upacara. Berjalan melewati garis-garis kotak menuju gundukan tanah kerdil di dekat pintu keluar, satu-satunya yang muncul dari muka aspal sejauh yang bisa dilihat.

Setiap langkahmu membawamu mundur satu tahun, dua tahun, dua puluh atau lebih ke sawah yang membentang sampai ke bantar sungai. Serbuk sari pohon randu menggelitik hidungmu, di suatu tempat seekor burung hitam bernyanyi menyambut cahaya pagi, dan sepertinya berjongkok di situ adalah hal yang termudah di dunia, menyaksikan tanah naik dengan lembut menjadi gundukan lunak. Seolah-olah bumi sedang bernapas.

Bandung, 15 November 2022

Sumber ilustrasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun