Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Batas-Tak-Bertuan (III)

12 November 2022   16:42 Diperbarui: 12 November 2022   16:49 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sambil merangkak, Malin mundur jauh ke dalam kedainya, melewati deretan meja kedai hingga akhirnya berhasil merunduk di belakang meja peracik minum.

"Sialan dangkalan, kau orang buangan!"

Sekarang dia tahu siapa yang menambah keributan di luar sana. Si tua gila Musashito tua bodoh, yang percaya bahwa perang belum berakhir. Dia harus dihentikan sebelum para wisatawan itu menjauh, memilih bandar pelabuhan berikutnya di sepanjang jalur Sutera.

Dia kembali meninggalkan tempat perlindungan, beringsut merangkak kembali ke pintu, membukanya dan berteriak melalui corong cangkang kerang. "Jika kau menakut-nakuti calon pelanggan kedaiku, orang tua gila, aku akan menghajarmu sampai kau menyesal mengapa tidak mati dari dulu!"

Ledakan-ledakan lain menggelegar, diikuti oleh dentingan peluru meriam yang memantul dari lambung kapal yang berlabuh.

Malin melirik ke atas. Hanya kapal berlapis loham yang bisa menangkis apa yang dilontarkan Musashito, dan itu jarang terjadi.

Malin bisa melihat pantulan kilau dari perisai pelindung dan paku keling raksasa yang mengamankan pelat lapis baja. Barisan moncong meriam mencuat dari lambung kapal. Jelas ini bukan kapal pengangkut barang atau penumpang, itu dirancang untuk berperang. 

Dia belum pernah melihat kapal perang sebelumnya, dan menggosok bagian belakang lehernya yang mendadak kaku. Tetesan keringat kegelisahan mengalir deras dari balik rambutnya.

"Habisi! Mampuslah bajingan Barat!" Suara Musashito menggeletar penuh amarah, diselingi oleh empat dentuman lagi.

Malin memutar bola matanya. "Perang sudah berakhir, orang tua sarap!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun