Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Api Liar

12 November 2022   09:00 Diperbarui: 12 November 2022   09:23 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagaimana mungkin api yang menyala begitu terang tertawa dan menari dan bernyanyi dengan cahaya dapat dipadamkan hanya dengan satu malam yang gelap?

Api yang mencintai, dan mencari, dan memberi, dan menerjang tanah misteri yang berkabut dengan bahang yang begitu menular, dan berbagi denganku keajaiban yang membara--pada oleh dua jari nan ceroboh--begitu saja. Tidak mungkin. Itu tidak mungkin terjadi, dan tidaklah heran jika tampaknya sungguh tidak benar. Mustahil untuk memuaskan dahagamu.

Apa yang terjadi pada benang yang kamu pegang? Untuk hal-hal yang masih dan masih terus terjadi ? Dengan takjub kita belajar kepada api yang terus mebakar dalam kerinduan akan kebijaksanaannya?

Pagi yang kelabu tiba dan sepertinya kita baru saja memimpikan petualangan itu. Serangan rasa sakit dan kemudian semua hal duniawi merendam kita bagai hujan. Kebakaran hutan dikalahkan oleh gerimis.

Atau begitulah yang tampak di permukaan.

Namun orang dengan korek api yang pertama kali menyalakan percikanmu tak gentar pada kegelapan, dan api itu belum padam. Pembakar hebat yang memulai kobaran api memiliki cara yang lebih dalam, lebih bijaksana, dan lebih halus daripada beberapa penyala lilin tua.

Karena aku tiba-tiba melihat  meskipun satu api mati, api yang sama terang dan menari telah menyebar dan hidup dalam diriku, dan ibumu, dan teman-teman kita, dan jauh dari menyusut, api melompat ke kayu bakar baru, menyulut hati dengan raungan, membakar jaring laba-laba.

Aku menertawakan kegelapan dan mencemooh hari itu, karena sekarang tanpa keraguan sedikit pun, kutahu api liarmu takkan pernah padam.

Bandung, 12 November 2022

Sumber ilustrasi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun