Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Legenda Sang Perusak (Bab 48)

2 November 2022   19:00 Diperbarui: 3 November 2022   19:19 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

Di kejauhan, seberkas cahaya redup muncul ke arahnya. Untung dia bersembunyi di balik deretan pohon sehingga dia tidak akan terlihat.

Pepohonan selalu menjadi keajaiban baginya, mengurung kuburan menjadi dunia kecil tersendiri. Perjalanan ke sana bersama ayahnya sama sekali tidak menakutkan. Bahkan, Halida telah tumbuh untuk menikmati berada di sana sementara ayahnya memotong dan menggali kuburan sesekali.

Tapi sekarang, ada sesuatu yang sangat berbeda tentang tempat itu. Kabut belum pernah ke sini sebelumnya. Bukan hanya itu, tapi hari itu gelap dan pancaran cahaya bergerak perlahan ke arahnya. Halida belum pernah ke sini pada malam hari, dan dia tidak ingin berada di sini sekarang.

Saat Halida menatap melalui pepohonan ke kuburan, kabut mulai menyebar. Hampir seketika, sepasang mata besar terbentuk dari pusaran kabut. Dengan tatapan yang seharusnya membuatnya gila, mata itu menatap ke arahnya. Ketakutan merasuk jauh ke dalam jiwanya. Cahaya semakin dekat dan mata itu akan menagkapnya! Tidak ada keraguan dalam benaknya tentang itu.

Cahaya yang tadinya ada di sisi lain kuburan sekarang muncul di atas bukit terdekat. Dia melihat bahwa itu adalah nyala lilin, dan lilin-lilin itu dipegang oleh sebaris sosok-sosok berkerudung. Ada lebih dari yang bisa dia hitung, dan mereka perlahan-lahan mengepung batu besar yang rata, tidak lebih dari tujuh meter darinya.

Setiap sosok meletakkan lilinnya di atas batu sehingga membuatnya bersinar aneh dalam kegelapan berkabut.

Kebingungan mulai menguasainya saat intensitas tatapan mata meningkat padanya. Saat dia menghela napas pelan, sosok- sosok berkerudung tiba-tiba memperhatikan mata. Mata melayang ke lokasinya di antara pepohonan dan berputar di sekelilingnya, membuatnya semakin panik. Ketakutan terburuknya dengan cepat menjadi kenyataan. Sosok-sosok itu meluncur ke arahnya. Kilau belati baja bergerigi muncul dari balik jubah mereka.

Halida membeku ketika sosok-sosok itu mendekat padanya. Tudung tokoh utama merosot turun ke bahu dan Halida berteriak dengan putus asa saat kengerian menghantamnya.

Wajah busuk ayahnya yang sudah lama meninggal adalah hal mengerikan terakhir yang dilihatnya saat Johan menyelamatkannya dari mimpi buruk tersebut.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun