Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Selamat Tinggal

28 Oktober 2022   19:00 Diperbarui: 28 Oktober 2022   19:02 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Yang berdiri di hadapanku bukan lagi seorang manusia yang kukenal. Bukan lagi seorang arkeolog, kolega, atau teman. Dia menjadi lebih dari manusia, dan pada saat yang sama, menjadi kurang manusia.

Dia membentangkan tangannya ke luasnya ruangan dan melihat kembali padaku. Di belakangnya ada sesuatu yang menggeliat dalam kegelapan, sesuatu yang besar dan tak masuk logika.

Sebelumnya aku tak mampu bergerak sampai sekarang, dan akhirnya dengan sekuat tenaga aku bisa.

Aku berbalik dan berlari, berlari melewati gerbang lengkung Anatolia setinggi tiga lantai. Melewati tiang-tiang besar yang diukir menjadi pola-pola fantastis dan menuju lubang kecil yang menjadi jalan masuk kami.

Aku menyelam ke dalamnya. Baju bahkan kulitku robek compang camping dan aku mencakar jalan ke luar. Aku tidak bisa maju, tahu bahwa harus memperbesar lubangnya agar bahuku bisa muat.

Jantungku berdegup kencang, mataku kabur dan perih karena keringat, atau mungkin darah. Kakiku merangkak melewati terowongan sepanjang dua meter itu.

Tetapi aku dipaksa untuk melihat ke dalam kegelapan. Dengan mata tegang berusaha membedakan bentuk dan sosok. Obor di tanganku padam. Tubuhku terjepit di lubang, satu-satunya jalan masuk cahaya.

Kuku tangan patah, jari-jari berdarah, dan otot-otot melemah.

Aku sadar kalau aku menangis. Aku terjebak lagi.

Kemudian dari kejauhan aku mendengar suara kaki berlari, derak paku di lantai saat sesuatu datang dari kegelapan ke arahku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun