Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ketika Dia Seorang Gadis

16 Oktober 2022   12:30 Diperbarui: 16 Oktober 2022   12:33 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika dia masih kecil, dunianya runtuh. Ayahnya telah meninggalkan mereka dan ibunya, membutuhkan obat-obatan untuk menjaga otaknya tetap jernih. Sebaliknya, sang ibu mendorong mereka ke saluran pembuangan dan mendengarkan gemericik air comberan. Sepertinya serasi dengan suara keheningan, dengan semua bisik-bisik di telinganya.

Ketika dia masih kecil, dia mencari cinta seperti anak lain mencari mawar atau anyelir di taman yang rimbun, memilih dengan hati-hati dengan harapan keindahan, kekayaan, dan warna-warna cerah akan bertahan lama.

Ketika dia masih kecil, pada suatu hari seorang anak laki-laki berbicara dengannya dan membawakannya mawar merah muda dan putih seperti yang persis dengan lukisan di dinding kamarnya sementara ibunya mengomel, menangis, dan menjerit. Sang ibu juga membuang kelopak-kelopak indah itu ke saluran pembuangan. Suara gemericik sebagai latar belakang dari ganasnya jeritan di kepalanya yang kacau balau.

Ketika dia seorang gadis, waktu berlalu sangat lambat sampai dia tumbuh. Dia tumbuh bersama musim. Dia tumbuh bersama sinar matahari, air hujan, dan angin. Anggota tubuhnya tampak bercabang seperti tanaman merambat yang tebal dan megah. Tubuhnya mendapatkan kekuatan dan terbentuk menjadi sesuatu yang kokoh saat dia bangkit, naik, dan naik.

Dia naik menuju langit yang luas dan tak berawan.

Bandung, 16 Oktober 2022

Sumber ilustrasi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun