Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Penyihir Kota Kembang: IV. Lajnah Lima (Part 3)

13 Oktober 2022   09:00 Diperbarui: 13 Oktober 2022   09:03 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

Ataya bangkit dari kursinya. "Minggu lalu, kami membantu panti asuhan yang kehabisan makanan. Kami membuat makanan dengan sihir kami. Aku sendiri yang menanam tomatnya!" dia bercerita dengan wajah berseri-seri. "Lalu, kami menyihir gubernur untuk menyediakan sanitasi---"

"Apa katamu?" Saras bertanya. Alisnya berkerut. "Perkumpulan kalian ... membantu orang-orang?"

Nira memutar matanya dan menggelengkan kepalanya. "Kalian para Penyihir Kota Kembang selalu bikin masalah selama berabad-abad, kamu tahu itu, kan? Apakah kamu sudah diinisiasi?"

Dia menunjuk Ataya. "Ibuku menulis tentang ketuamu dalam buku hariannya. Tentang Citraloka itu. "

Saras tersenyum lagi. "Sebenarnya aku suka dia. Dia punya gaya," katanya dan kemudian dia melihat ke arah Ataya, "katakan padanya untuk datang kepadaku ketika dia ingin belajar menjadi penyihir sejati."

Ataya mengepalkan tinjunya dan hendak berbicara ketika Sanja menyentuh pundaknya. "Teman-temanku para penyihir," katanya, "gadis itu masih muda, dan Penyihir Kota Kembang telah menjadi rekan yang tak ternilai selama beberapa generasi. Bukan pertanda baik untuk berbicara buruk tentang mereka seperti ini."

"Ya, Sanja," kata Nira. "Tapi dari mana dia berasal? Kita semua bisa melacak asal usul kita sampai pendiri kita yang menantang Kegelapan ribuan tahun yang lalu. Siapa pendiri dari Perkumpulan Penyihir Kota Kembang, hmm? Kita semua mendapatkan kekuatan kita dari masing-masing Sumber Api Kegelapan kita, tapi dari mana Penyihir Kota Kembang mendapatkan kekuatan? Mengapa sihir mereka sangat berbeda?"

Sanja berbicara dengan tenang. "Bijaksana selalu menjadi kode kita."

Nira menatap Ataya dan menjentikkan jarinya. Bola kaca merah darah muncul di tangannya. "Nak, apa kamu tidak capek tidak tahu apa-apa? Begitu banyak pertanyaan tapi tidak ada jawaban?" Dia bertanya pada Ataya. "Apa kau tidak ingin menjadi penyihir dengan kekuatan sendiri? Ambillah bola ini dan hancurkan kalau kamu ingin bertemu denganku. Aku akan datang."

"Kamu tidak harus menerimanya," Sanja memperingatkan Ataya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun