Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Penyihir Kota Kembang: IV. Lajnah Lima (Part 2)

12 Oktober 2022   09:00 Diperbarui: 12 Oktober 2022   08:58 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

Dia menatap. Dan menatapnya lagi.

Dia melihat jam barbie-nya. Saat itu baru pukul 18:30. Dia mendesah.

Apa yang bisa dia lakukan untuk menghabiskan waktu sambil menunggu tengah malam, saat matanya menyapu toko yang dipenuhi dengan camilan dan oleh-oleh khas Bandung?

Dia berjalan berkeliling toko, menyebut nama-nama semua barang yang dipajang berikut harga yang dia ingat dan kembali memutar sekali lagi, melakukan hal yang sama tapi mengeja secara terbalik.

Kemudian dia menuju kasir, berdiri di seberangnya, dengan mata tertuju pada dinding di belakangnya.

Tembok yang bagus. Kokoh. Seperti fungsi tembok mana pun. Melakukan semua hal yang seharusnya dilakukan oleh tembok yang bagus. Menahan langit-langit, dan untuk menggantung barang di permukaannya.

Tapi juga tidak nyata.

Citraloka sudah menjelaskan padanya. Dinding itu nyata dan tidak nyata pada saat bersamaan.

Seperti rasa takut, kata Citraloka. Jika kamu melihatnya, maka ia ada di sana, tetapi jika tidak, maka dinding itu akan lenyap di udara.

Ataya bisa melihat dinding di sana sekarang, dan dia menarik napas dalam-dalam dan mengeluarkan perlahan-lahan. Dia mengosongkan pikirannya seperti yang diajarkan Citraloka padanya, seperti dia telah mengajarinya sejak dia masih kecil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun