Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Legenda Sang Perusak (Bab 26)

1 Oktober 2022   11:00 Diperbarui: 1 Oktober 2022   11:03 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gumarang melihat sekeliling dan terkejut, lampunya hancur berkeping-keping di lantai.

Diakah yang menghancurkannya? Itu pasti kenapa tangannya sakit sekali! Itu pasti yang menjadi sebabnya. Dan mimpinya.... Dia merasa bagai terbelah! Semuanya tampak begitu nyata dan masih tergambar jelas di benaknya.

Sejak usia empat belas tahun, Gumarang sudah mampu mengendalikan mimpinya, dan belajar menikmati mimpi. Dengan kendali atas pikiran bawah sadarnya, mimpi buruk itu menghilang, dan dia tidak pernah takut tidur lagi.

Tapi ada yang salah malam ini. Dia tidak bisa mengendalikan mimpi, tidak peduli seberapa keras dia mencoba. Dan dia juga tidak bisa menghindarinya. Itu adalah bagian dari mimpi buruk masa kecilnya, bahkan kini jauh lebih buruk!

***

Johar mendongak dari meja kasir saat Halida masuk ke kedai. Dia kembali setelah pergi lama, jadi pasti ada masalah di rumah keluarga Dermawan. Awang dan Kuntum adalah anak-anak yang baik, dan mereka pantas untuk memiliki kehidupan yang baik. Tapi hidup tidak selalu mudah.

"Apakah semuanya baik-baik saja, sayang?" dia bertanya dengan wajah kosong.

"Ya, hanya beberapa masalah kecil yang dialami semua orang. Mereka akan menyelesaikannya segera dan baik-baik saja."

"Itu bagus untuk didengar. Mereka memulai dengan cara yang sama seperti yang kita lakukan empat puluh tahun lalu. Kuharap mereka bisa menghindari kesalahan yang kita buat."

"Aku juga berharap demikian," Halida berkata dengan lembut. "Mungkin kita harus sering berkumpul dengan mereka dan melihat apakah awak dapat membantuku memberi mereka sedikit lebih banyak nasihat daripada yang bisa kuberikan kepada Kuntum. Aku lebih banyak mendengarkannya dan membiarkandia mengmbil kesimpulan sendiri."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun