Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Legenda Sang Perusak (Bab 23)

28 September 2022   10:30 Diperbarui: 28 September 2022   10:33 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

Masih membayangkan orang tua Awang sebagai anak kecil yang sudah meninggal, Halida tidak kesulitan memahami ketakutan Kuntum.

"Butuh waktu baginya untuk melupakan kematian ibunya, dan tepat setelah itu, dia tiba-tiba melamarku. Aku pikir dia ingin mengobati perasaan kehilangan karena kepergian ibunya. Itu tidak masalah bagiku saat itu, karena aku sangat mencintainya. Bahkan aku akan menikahinya jika keadaan jauh lebih buruk. Karena kami sudah bersama selama hampir 5 tahun. 

Sepertinya kami sudah pacaran cukup lama sehingga tidak perlu menunda pernikahan. Dan kemudian pernikahan itu benar-benar aneh. Kecuali beberapa teman, hampir tidak ada tamu undangan. Bukannya itu penting bagiku, aku sudah terbiasa tanpa keluarga. Tapi aku tahu itu agak sulit baginya. 

Acara pernikahan itu tegang dan tidak nyaman, setidaknya itu yang kurasakan. Setelah itu, kami tidak punya waktu atau uang untuk pergi berbulan madu, karena menjelang akhir residensinya.

Kami masih belum pergi berbulan madu atau bahkan berlibur sampai sekarang. Bukan masalah besar, tapi itu menambah keanehan pernikahan kami. Ketika dia menandatangani kontrak dan kami datang ke Taluk Kuantan, aku berharap semuanya akan berubah menjadi lebih baik untuk kami. 

Awalnya begitu, untuk beberapa saat, karena praktik yang kami beli perlahan-lahan menjadi mantap, bahkan berkembang sedikit. Tepat ketika kami akhirnya berencana untuk pergi berbulan madu dan Awang menggantikan sementara temannya supaya dia memiliki dokter pengganti saat kami pergi, Awang hampir terbunuh dalam kecelakaan yang mengerikan itu. 

Para dokter mengatakan dia sempat meninggal, tetapi berhasil membawanya kembali. Itu terjadi bahkan sebelum aku tahu ada kecelakaan.

Pada saat Gumarang mengantarku ke rumah sakit, mereka mengoperasi Awang dan tidak bisa memastikan apakah dia akan sembuh. Setelah operasi, dia koma dengan cedera kepala, mereka memperingatkanku bahwa mereka tidak dapat memperkirakan seberapa fungsional dia jika dia keluar dari situ.

Aku tidak punya banyak harapan. Staf ICU menjauh dariku sedapat mungkin dan jika bukan karena Gumarang, aku tidak tahu apakah aku bisa mengatasinya. Itu terjadi dua tahun lalu, tak lama sebelum kalian pindah ke kota dan membuka kembali kedai sudut."

"Ya, aku pernah mendengarnya. Tapi kami sangat sibuk dan aku tidak menyangka betapa berat apa yang kamu alami," Halida berkata dengan nada meminta maaf, tetapi sebenarnya mengenang kembali saat itu dengan bahagia karena dia dan Johar selamat dari bencana.

"Gumarang terus menyemangatiku sampai akhirnya Awang sadar dari koma dan secara ajaib pulih selama satu setengah tahun berikutnya. Aku disarankan oleh salah satu dokternya untuk mendapatkan dokter pengganti untuk klinik dan tetap menjalankannya. Aku melakukan itu sementara tagihan medis Awang semakin menggunung.

Waktu berlalu dan Awang akhirnya pulang. Masih setengah tahun lagi sebelum dia bisa mulai bekerja lagi. Sangat sedikit orang yang terlibat dalam perawatannya yang percaya bahwa dia akan berhasil sejauh itu.

Perubahan yang paling signifikan benar-benar tampaknya hanya tatapannya nanar sesekali, sifat lekas marah yang aneh dan tidak seperti biasanya, dan yang paling jelas, kebencian terhadap Gumarang yang hampir kebalikan dari perasaannya sebelumnya.

Saya tidak tahu apa yang dia bayangkan terjadi di antara kami ketika dia koma, tetapi aku mencoba meyakinkannya bahwa tidak ada yang terjadi. Dia kembali melakukan perjalanan panjangnya belum lama ini dan sekarang dia pergi lagi. Dan lebih buruk dari itu, hari ini aku merasakan sesuatu yang aneh akan terjadi padanya.

Aku sungguh khawatir setengah mati, tetapi sejujurnya, jika kami tidak segera berhenti bertengkar, aku merasa pernikahan takkan bertahan hingga akhir tahun. Akhir-akhir ini, kami berdebat tentang hal-hal yang paling bodoh. Hari ini adalah tukang koran. Kemarin itu adalah hal lain yang sama bodohnya. Sepertinya tidak akan pernah ada akhirnya.

Aku benar-benar benci berdebat dengannya, dan ini membuatku gila. Kurasa dia juga tidak ingin berdebat karena dia pergi keluar beberapa malam yang lalu dan kembali dalam keadaan mabuk, bahkan mengalami mimpi buruk saat bangun."

Kuntum berhenti dan kembali membersihkan hidungnya dari ingus yang meleleh.

BERSAMBUNG

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun