Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Legenda Sang Perusak (Bab 21)

26 September 2022   12:00 Diperbarui: 26 September 2022   12:02 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

Hidup bersama seorang psikiater selama bertahun-tahun lebih dari yang bisa diingatnya, pemahaman Halida tentang psikologi cukup kuat. Johar mungkin dapat melakukan pekerjaan yang lebih baik dalam konsultasi, tetapi kesehatannya yang memburuk membawanya keluar dari arena permainan, dan Halida tak akan membuka pintu untuk memintanya kembali.

Sambil berjalan ke ruang tamu, Kuntum bertanya pada Halida apakah dia ingin minum sesuatu sebelum mereka memulai pembicaraan mereka. Halida menolak dengan sopan, lalu mereka duduk bersebelahan di sofa dan Kuntum memulai bercerita tentang hubungannya dengan Awang.

"Kami berdua masih kuliah. Awang di tahun kedua fakultas kedokteran, dan aku juga di tahun kedua, Fakultas Ekonomi jurusan manajemen bisnis. Saatnya sangat tepat, karena kami berdua lulus pada waktu yang hampir bersamaan, meskipun Awang masih harus menjalankan residensi selama tiga tahun setelah lulus."

"Aku juga bertemu Johar dalam situasi yang sama," Halida menyela.

Sedikit terhibur dengan ini, Kuntum melanjutkan. "Kami awalnya bertemu melalui seorang teman di sebuah pesta. Sejujurnya aku tidak terlalu memikirkan Awang saat itu karena aku sudah punya kekasih dan tidak ingin mencari yang lain. Aku tidak yakin apa yang dia pikirkan tentangku pada pertemuan pertama itu, dan kami bahkan tidak saling berbicara saat itu, hanya perkenalan singkat dan itu dengan mudah boleh terlupakan selamanya."

Halida tersenyum, karena jelas itu tidak berakhir hanya sampai di situ.

"Sekitar seminggu kemudian, teman yang sama mengundang kami semua ke pesta lain, yang ternyata menjadi pesta yang sangat aneh yang diadakan oleh sekelompok orang aneh yang berkumpul di Hutan Tesso Nilo yang sudah berlangsung selama bertahun-tahun. 

Saat itu, masih tidak ada rasa atau bahkan sekadar berdiri berdekatan di antara kami. Aku tahu itu mungkin terdengar aneh bagimu, karena sekarang tampak aneh bagiku. Kami masih belum berbicara, dan kupikir dia mungkin terlalu sepi bagiku. Malam itu berakhir sama anehnya dengan pestanya sendiri, dan dia menghilang, kurasa.

Aku tidak begitu yakin apa yang terjadi padanya, tapi kurasa aku juga tidak terlalu peduli saat itu. Kami kebetulan bertemu di beberapa pesta lagi, dan secara bertahap aku mulai mengetahui siapa dia. Setelah beberapa bulan, pacarku dan beberapa lelaki brengsek lain yang kukencani untuk waktu yang singkat, dan Awang entah bagaimana mengetahuinya dan mengajakku berkencan.

Karena baru saja putus dengan beberapa lelaki, aku takut untuk serius dengannya pada awalnya, tapi perasaanku berubah seiring berjalannya waktu. Perlahan-lahan aku mengetahui betapa dia peduli padaku, dan beberapa teman meyakinkanku bahwa dia tidak berniat menyakitiku. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun