Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Begal Rimba Tulang Bawang (Bab 30)

26 September 2022   08:00 Diperbarui: 26 September 2022   08:01 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

Keti berniat untuk mengungkapkan masa lalunya yang menyedihkan kepada Janar. Alasan mengapa dia melakukan pencarian selama bertahun-tahun, membunuh tentara bayaran acak seperti yang pernah Janar pikirkan. Bagaimana dia menjadi seorang begal, mengapa pria bertopeng itu tidak membunuhnya dan bagaimana dia berjanji padanya jawaban yang dia cari mati-matian.

Di dalam hatinya, dia merasa tahu apa yang ditawarkan pria bertopeng itu. Setelah membunuh sebagian besar ten-tara bayaran yang menyerbu desanya, masih ada satu hal yang dia rindukan.

Sejak pertempuran yang mengerikan berakhir, hati dan pikirannya terus terganggu saat dia merenungkan apa yang mungkin bisa ditawarkan pria bertopeng itu padanya. Dia memikirkan segala sesuatu yang mungkin dia inginkan dan hanya ada dua hal yang tampak masuk akal baginya: pengampunan dari istana kerajaan yang dia cari sebagai imbalan untuk menjauh darinya atau jika dia masih hidup.

Dia menggigit bibirnya, tenggelam dalam pikirannya sampai Janar menjentikkan jarinya berulang kali di depan wajahnya, menyentaknya kembali ke masa sekarang.

"Kalau sampai kamu hilang kesadaran seperti itu, pasti sesuatu yang serius. Ada apa?"

Keti menggelengkan kepalanya dan memberikan senyum palsu. "Sudahlah. Resi Umbara benar, aku harus pergi. Kamu perlu istirahat untuk mendapatkan kembali kekuatanmu, karena aku membutuhkan anak buahku kembali."

Janar terkekeh ringan, tetapi Keti bisa melihat kesedihan dan kesengsaraan yang bersembunyi di balik senyumnya. Jelas dia menyembunyikan sesuatu. Lelaki itu mengerti Keti trauma dengan kejadian hari itu, dan berharap dia bisa menghibur gadis itu, setidaknya mengurangi ketakutannya.

Saat Keti berbalik untuk pergi, Janar menyebut namanya, mencoba memintanya untuk tetap tinggal, tetapi Ganbatar muncul dengan dua kendi tuak di tangan dan seringai lebar di wajahnya.

Dia mengangguk pada Keti dan melirik Janar, "Ceking, bagaimana tanganmu? Aku membawa ini," Dia mengangkat kendi di tangannya, "yang dapat menyembuhkan kau daris segala macam luka."

Dia duduk membanting pantatnya yang besar ke lantai dan menyodorkan kendi ke wajah Janar. "Sangat disayangkan tulang kau tidak sebesar dan sekuat tulangku. Itulah kelebihan yang aku dapat sebagai juara para dewa. Mungkin kalau kau melayani lebih baik, kau bisa menjadi hampir sekuat aku. Sudah jelas kau takkan pernah bisa sekuat aku, tetapi aku akan berdoa kepada para dewa untuk kau. Ah, pria bertopeng itu beruntung karena dia tidak berpapasan denganku. Aku akan mematahkan lehernya dengan tangan kosong....."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun