Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Begal Rimba Tulang Bawang (Bab 28)

24 September 2022   08:00 Diperbarui: 24 September 2022   08:11 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

"Ketahuilah, kamu hidup untuk melihat hari esok karena aku mengizinkannya," pria bertopeng itu berbisik dengan suara serak. "Ingat, aku bisa mencabut nyawamu kapan pun aku mau."

Dia lalu berjongkok di samping Keti dan membelai pipinya, "Aku punya sesuatu yang sangat kamu inginkan, Suketi. Seseorang yang selalu kamu rindukan untuk bertemu. Seseorang yang jauh ada di lubuk hatimu. Datanglah kepadaku karena hanya aku yang dapat memberikan pernawaran yang sangat berharga ini kepadamu. Temui aku di puncak bukit tengah malam saat bulan di atas kepala. Kamu akan datang karena aku memintamu, dan kamu harus datang seorang diri."

Dia berdiri tegak dan menatap Keti yang basah oleh keringat dingin ketakutan, lalu melirik ke kiri ke arah Palupi yang berdiri memegang tombak dengan tangan gemetar.

"Majulah jika kamu ingin mati," katanya dengan dingin.

Kemudian, pria bertopeng itu berjalan pergi dan menghilang di tengah-tengah pertempuran yang hampir berakhir.

Palupi berjongkok di samping Keti yang duduk terpaku menatap dengan tatapan kosong. Ganbatar bergegas ke sisi Janar yang tidak sadarkan diri dan menggendongnya dengan cepat dan membawanya menemui Resi Umbara untuk diobati.

Bertahun-tahun kemudian, warga Tudung Tenuk akan berbicara tentang hari saat lima orang pahlawan gagah perkasa yang menyelamatkan desa mereka dari kehancuran. Namun bagi para begal itu sendiri, hari itu akan selamanya menyimpan kenangan pahit karena mereka menderita kekalahan telak dan nyaris kehilangan nyawa.

BERSAMBUNG

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun