Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Wisata Bencana (2-Tamat)

16 September 2022   11:00 Diperbarui: 16 September 2022   11:32 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
southeastasiaglobe.com

"Menemukan tempat pembantaian," bisiknya ke mikrofon. Nada suaranya menjadi serius, bijaksana, lambat. "Ini kesepian, berpikir kamu berada di dunia ini begitu singkat. Melihat kematian, berbagi kesepian pribadi itu. Mari kita hadapi itu, Flykid, ini adalah siniar pamungkas!"

Skybozz sedang sibuk. Dia membobol sistem CRM Pariwisata Bencana, mencoba menemukan rute ke pemrograman yang lebih dalam.

"Ada kabar buruk untukmu, Flykid. Aku rasa mereka mungkin tertrik padamu. Bahkan, aku pikir mereka juga menyukaiku. Sistem mereka memiliki semua jenis lapis pengamanan tersembunyi. Perangkat lunakku cukup bagus, menunjukkan keamanan mereka, dan aku beri tahu kau, mereka memiliki sistem yang cerdas. Aku akan menarik steker saat keluar."

Keluarga yang terdiri dari tiga orang itu hanyut dari atap dalam sekejap, ditelan gelombang air di atas mereka. Bjorn menghela napas. Ternyata dia cukup lama menahan napas.

Dari headphone-nya dia mendengar bunyi benturan seperti pintu yang ditendang, diikuti dengan teriakan. Perkelahian selama beberapa detik dan kemudian ... bunyi tembakan.

"Skybozz?" dia berbisik, "Hei, Skybozz?"

Keheningan mencekam tetapi dia mendapat kesan yang jelas bahwa seseorang sedang mendengarkannya di sisi lain, dan itu bukan Skybozz.

Kemudian terdengar suara serak laki-laki. "Menikmati layanan ini?"

Dia melepas headphone dan menekan tombol power pada papankunci untuk memutuskan koneksi. Saat itulah gelangnya berdering untuk kedua kalinya hari itu.

"Swarm sudah siap."

Dinding apartemen mulai bergetar hebat. Retakan muncul seperti sarang laba-laba gelap di dinding. Benda-benda terguling di dalam ruangan: dudukan lampu, buku-buku yang bertengger di atas rak dinding. Terdengar suara gemuruh yang rendah dan dalam, seperti monster yang menggeram dari bawah tanah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun