Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

D.I.H: 8. Menjaga Samudra

14 September 2022   18:44 Diperbarui: 14 September 2022   20:58 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

Makan siang di Jalan Sabang, kami berbicara tentang perut yang memohon pengampunan, sementara matahari bersinar di jalan-jalan yang basah kuyup dan dia duduk di kursi plastic merah cukup tegak dan basah di semua celah. di jendela restoran, embun mulai lagi menyeka. 

Kita harus keluar dari apartemen itu, bukan? Menggulung lengan baju blus oranyenya. 

Aku rasa aku setuju, meskipun tampaknya sangat layak bahwa kami menjadi terikat satu sama lain.  Kenangan cukup performatif. 

Aku tidak ingat kalau dia terlalu suka bernostalgia. Sepertinya hari-hari berlalu dengan semakin banyak informasi dan itu mulai mempengaruhi ingatannya. 

Aku rasa tidak sesederhana itu, dan berpikir tentang hal-hal yang dipikirkan sudah masuk waktunya, kurasa.

Saat kami berjalan, hujan mulai turun lagi, tepat saat kami mendekati ujung Jalan Sabang dekat bioskop. 

Kami berlari menuju apartemen tetapi menjadi kelelahan dan segera berjalan saja di bawah guyuran hujan. Dari jendela toko elektronik dengan tanda ungu dan putih di bagian depan, kami berdua melihat pemutaran ulang filmnya, Dua Kalimat Saja. Kami berdua saling memandang dan kemudian ke layar yang menunjukkan adegan yang melibatkan seorang biarawati di altar yang bertukar gambar dengan peti mati hitam pada hari yang mendung. Dengan tangan di dada dan menggunakan jari telunjuknya untuk menyentuh bibirnya. 

Dia memiliki daya tarik yang mengerikan. Aku ragu apakah itu spesifik hanya untuk pikirannya.

Apa yang membuatmu berkata begitu? Tyo punya pengaruh pada sinematografi. 

Dia mengepakkan tangannya ke samping dan menatapku dari atas ke bawah. Rambutnya yang basah menjadi keriting ikal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun